Home Rilis ​Presiden Jokowi Menerima Pangeran Khalid Bin Abdul Aziz

​Presiden Jokowi Menerima Pangeran Khalid Bin Abdul Aziz

1433
0
SHARE

*Paham Ekstremisme dan Radikalisme bukan Ajaran Islam*

Pangeran Kerajaan Arab Saudi, Khalid Bin Abdul Aziz, yang juga bertindak sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Sosial Pangeran Sultan Kerajaan Arab Saudi melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo pada Kamis, 4 Mei 2017, kemarin. Pangeran Khalid bersama dengan rombongannya diterima oleh Presiden Joko Widodo di ruang Bilateral Istana Merdeka sekitar pukul 10.45 WIB.

Pertemuan tersebut kemudian dilanjutkan dengan acara silaturahmi dengan para peserta Musabaqah Hafalan Alquran dan Hadis Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Alu Su’ud Tingkat ASEAN dan Pasifik ke-8 Tahun 2017 di Istana Negara, Jakarta. Dalam acara tersebut Pangeran Khalid turut menyampaikan pidatonya kepada Presiden Joko Widodo beserta peserta acara. Persoalan mengenai terorisme merupakan hal yang diangkat Pangeran Khalid dalam pidatonya itu.

“Saya berbicara di sini tidak cukup kalau saya tidak menyebutkan apa yang sedang diderita oleh bangsa dan umat kita. Yakni adanya pemikiran-pemikiran ekstrem, adanya terorisme, khususnya membawa nama Islam. Padahal Islam bebas atau tidak mengenal hal-hal seperti itu,” ujarnya.

Berdasarkan pandangannya, aksi terorisme tersebut entah mengapa banyak mendapatkan dukungan. Baik kaum berpunya maupun yang kekurangan, baik kaum berpendidikan maupun tidak, baik yang berasal dari tempat yang jauh maupun dekat, semuanya seolah saling mendukung untuk memobilisasi masyarakat untuk mendukung pemikiran yang menyesatkan ini. Namun, yang paling mengherankan menurutnya ialah adanya warga yang justru memberikan ancaman bagi negara tempat di mana ia dilahirkan.

“Kita menyaksikan negara yang menentang terorisme secara terang-terangan, tapi secara diam-diam negara itu justru mendukung. Saya heran ada orang yang tinggal di negaranya, dibesarkan di negaranya, tapi dia sendiri yang menghancurkan negaranya sendiri,” ia menjelaskan.

Untuk diketahui, sejak tahun 2009, Pangeran Khalid telah menuangkan pemikirannya mengenai kelompok teroris itu. Dirinya menulis tentang golongan-golongan teroris secara jelas dan bagaimana kita bisa menghadapi pemikiran dan keadaan mereka itu.

“Mereka yang meledakkan dirinya dengan _remote control_ atau menjadi eksekutor dalam suatu gerakan yang menyesatkan ini, mereka semua itu adalah para teroris. Teroris terdiri dari 6 partisipan. Yang pertama adalah intelektual teroris, yang kedua perencana teroris, yang ketiga pemberi dana, yang keempat provokator teroris, yang kelima para loyalis dan pendukung teroris, dan yang keenam para eksekutor teroris,” tuturnya.

“Mereka melakukan kesalahan dan kriminal-kriminal itu dengan peralatan-peralatan dan didukung oleh kelima elemen yang disebutkan tadi. Sebetulnya bahaya pemikiran terorisme di zaman modern ini menjadi satu industri yang mereka lakukan untuk kemaslahatan dan kepentingan mereka,” ia menambahkan.

Pangeran Khalid menyampaikan, kebodohan merupakan salah satu rintangan dan landasan yang besar bagi penyebaran terorisme dan ekstremisme. Inilah yang harus dihadapi oleh negara-negara, masyarakatnya, dan segenap organisasi yang ada di dalamnya.

“Bukankah sebab diturunkan Islam sebagai teroris adalah karena Barat tidak memahami Islam dan kaum muslimin? Jawabannya adalah bukan, bukan seperti itu. Justru kaum muslimin sendiri yang tidak memahami Islam. Kaum muslimin sendiri yang jauh dari agamanya. Mereka yang merusak agamanya sendiri,” ia menegaskan.

Islam sesungguhnya telah memerintahkan untuk memerintahkan yang baik dan mencegah kemungkaran. Namun, hal itu dilakukan tidak dengan cara-cara yang merusak karena Islam sendiri telah mengatur dengan baik mengenai hal tersebut.

“Ulama-ulama mengatakan, dalam memerintahkan yang baik harus dengan ilmu yang arif. Demikian pula dengan melarang kemungkaran, juga dengan ilmu yang arif dan dengan akhlak serta keluwesan,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Pangeran Khalid juga memuji masyarakat Indonesia yang disebutnya sebagai sebuah percontohan bagi kehidupan yang damai. Masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai budaya dan suku dengan segala perbedaan dan keyakinan disebutnya tetap mampu menjaga keadaan yang harmonis untuk membangun bangsa.

“Rakyat Indonesia sungguh merupakan percontohan. Negara-negara di dunia Islam semestinya harus mencontoh Indonesia. Rakyat Indonesia telah mengetahui bahwa Allah telah menciptakan hambanya merdeka. Dan Islam telah menjamin bagaimana berdialog dengan toleransi dan berinteraksi secara baik dan tidak mengafirkan orang lain. Itulah rakyat yang patut kita contoh,” ucapnya. (*)

Jakarta, 5 Mei 2017

Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden
Bey Machmudin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here