Bandung – Presiden Joko Widodo berbicara di hadapan 1.000 generasi millineal (kaum muda) dalam acara Entrepreneurs Wanted!. Kegiatan tersebut merupakan acara bincang-bincang edukatif antara wirausahawan dengan mahasiswa, yang diinisiasi oleh Kantor Staf Presiden.
Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan generasi muda Indonesia dengan mempertemukan wirausahawan terbaik Republik Indonesia dengan para generasi penerus bangsa.
Dalam sambutannya, Presiden berpesan kepada para anak-anak muda untuk berani mengubah paradigma dan pantang menyerah dalam memulai usaha. Salah satunya dengan memanfaatkan kebebasan interaksi dan ekspresi tanpa batas dengan speed yang tinggi yang ada saat ini untuk terus belajar dan berusaha dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun.
“Yang paling penting mengubah paradigma, setelah kuliah mau apa jangan sampai semua mau jadi pegawai. Jadilah entrepreneur sebagai pilihan, bukan keterpaksaan,” ujarnya di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12).
Presiden mengajak para milenial untuk berinovasi mencari peluang-peluang usaha dengan cara-cara yang baru dan berbeda. Apalagi menurut data World Bank, saat ini jumlah wirausaha di Indonesia hanya sekira 3,3 persen. Sedangkan Singapura sebanyak 7 persen, Malaysia 5 persen, dan Thailand 4,5 persen.
“Ke depan digital economy memberikan kesempatan ke anak muda. Lima tahun ke depan ada peluang USD130 miliar di negara kita, betul Pak Rudi (Rudiantara, Menkominfo)?” kata Presiden.
Presiden mengapresiasi sejumlah wirausaha muda Tanah Air yang telah sukses memulai usaha dan memiliki brand value bernilai miliaran rupiah.
“Baru lima tahun brand value pabrik kayu yang saya miliki dengan Martabak yang Gibran miliki lebih besar Gibran 5 kali lipat,” ungkapnya.
Presiden juga berbagi pengalamannya menjadi seorang wirausaha. Sebagai seorang wirausaha sukses yang sudah menjalani usaha selama 27 tahun, tentu saja Ia mengetahui dengan pasti seluk-beluk dalam berwirausaha. Presiden pun tak segan menceritakan pengalamannya kepada ribuan generasi muda (milenial) yang hadir.
“Saya tahu betul bagaimana cari modal usaha di awal-awal, kemudian kepalang keliling cari pembeli, perizinan yang rumit, mengisi SPT pajak, mengurus karyawan, membeli alat produksi,” tutupnya (HK).