Selain mengklarifikasi tudingan antek asing dan tenaga kerja asing dari China, Presiden Joko Widodo juga melakukan klarifikasi terhadap tudingan bahwa dirinya tidak pro terhadap kelompok Islam.
Ia mengaku tidak mengerti dengan isu tersebut. Padahal, dirinya juga merupakan seorang muslim. Bahkan, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, lanjut Presiden, dirinya selalu mengajak Ketua Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin.
“Tiap minggu saya ke pondok pesantren. Untuk apa? Saya ingin melihat secara langsung sebetulnya problem kesulitan yang kita hadapi ini apa,” kata dia saat memberikan sambutan pada Pembukaan Pendidikan Kader Ulama (PKU) XII, di Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/8).
Menurut Presiden, pemerintah juga telah membuka 40 bank wakaf mikro di pesantren-pesantren. Masing-masing bank wakaf mikro ini juga diberi modal Rp 40 miliar.
Pemerintah bertekad akan memperbanyak lagi jumlah bank wakaf mikro. “Termasuk yang berkaitan dengan kemitraan, misalnya kayak NU kemarin dengan Garuda Food menanam kacang berapa ratus hektar di Jawa Timur,” tuturnya.
Bagi Presiden, kemitraan-kemitraan seperti ini yang akan memperbaiki perekonomian umat. Tanpa pendekatan-pendekatan ekonomi seperti itu, maka jurang (gap) antara yang kaya dan yang miskin akan semakin lebar.
“Inilah upaya-upaya yang harus kita lakukan. Jangan sampai ada suara-suara seperti Jokowi tidak pro-Islam,” ujarnya.
Presiden juga mempertanyakan yang membuat Peraturan Presiden (Perpres) tentang Hari Santri Nasional itu siapa? “Masa sudah kayak gitu tidak pro-Islam,” sambungnya.
Untuk itu, Presiden mengajak masyarakat untuk tidak terjebak pada isu-isu politik. Ia menilai, isu-isu itu penyebabnya adalah urusan politik. Urusan Pemilihan Bupati, Pemilihan Gubernur, Pemilihan Wali kota dan Pemilihan Presiden.
“Ini semua dimulai dari situ. Jangan diteruskan. Setop,” pungkasnya.
Sumber: http://setkab.go.id
Editor: Eko “Gajah”
