Pada kesempatan yang berbeda, Sekjen Kemenperin Haris Munandar menyampaikan, peningkatan kapasitas SDM menjadi salah satu kebijakan prioritas pemerintah saat ini dalam mendorong pemerataan ekonomi nasional, setelah pembangunan infrastruktur. Untuk menciptakan SDM terampil, diperlukan penguatan sistem pendidikan, salah satunya melalui pendidikan vokasi.
“Pada Agustus 2016 hingga Agustus 2017, terdapat 7,4 juta pengangguran. Ada yang tidak sinkron antara kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan industri dengan kemampuan para pelamar,” kata Haris pada Talkshow dalam rangka Peringatan Ulang Tahun ke-70 SMK SMTI Yogyakarta, Sabtu (16/12).
Berdasarkan dari hasil riset Bank Dunia pada Oktober lalu, Indonesia membutuhkan waktu 45 tahun untuk mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan dan membutuhkan waktu 75 tahun untuk mengejar ketertinggalan di bidang ilmu pengetahuan (science).
“Untuk memacu pertumbuhan industri dan ekonomi, diperlukan tiga faktor utama, yaitu investasi, teknologi dan SDM,” ungkapnya. Ketersediaan SDM Industri yang kompeten diyakini akan mendorong peningkatan produktivitas dan menjadikan industri lebih berdaya saing. Sektor industri juga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat serta menghindarkan Indonesia dari middle income trap.
Haris mengemukakan, selain melalui program link and match antara SMK dengan industri, pihaknya berkomitmen untuk terus menciptakan tenaga kerja kompeten sesuai kebutuhan dunia industri yang dihasikan dari sejumlah unit pendidikan vokasi di lingkungan Kemenperin. Saat ini, Kemenperin telah memperoleh rekomendasi dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk membangun delapan politeknik.
“Peralatan praktik di sekolah-sekolah kami luar biasa bagus karena kami mengupayakan agar selevel dengan peralatan yang digunakan di industri dan satu alat untuk satu siswa saat praktik. Selain itu, memiliki workshop, laboratorium dan teaching factory yang sesuai dengan industri,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa Kemenperin juga menerapkan standar agar menjadikan sekolah-sekolah binaannya mampu unggul. Pertama, didorong untuk meluluskan siswa dengan nilai ujian akhir yang baik. Sebagai contoh, pada tahun ajaran lalu, SMK SMTI Yogyakarta meraih peringkat I untuk Ujian Nasional SMK di Kota Yogyakarta dan peringkat II tingkat provinsi.
Kedua, siswa dibekali dengan sertifikat kompetensi keahlian tertentu untuk diterapkan di industri. Bahkan, dengan adanya kerja sama dengan lembaga sertifikasi VAPRO Belanda, lulusan SMK milik Kemenperin juga memperoleh sertifikat kompetensi tingkat internasional. Selanjutnya, sekolah bekerja sama dengan lembaga pendidikan setempat untuk memberikan sertifikat bahasa asing kepada lulusannya. “Ssekolah juga membantu dalam rekrutmen pekerjaan para lulusannya,” imbuh Haris.
Haris menyampaikan, untuk mengembangkan pendidikan vokasi industri, Kemenperin akan mengirim guru-guru SMK di lingkungan Kemenperin untuk mengikuti magang di luar negeri pada tahun depan, misalnya ke Institute of Technical Education di Singapura dan Formosa Training Center Taiwan. Selanjutnya, juga akan mempekerjakan silver expert, yaitu para ahli yang pernah bekerja di industri, untuk melatih guru dan siswa di SMK.
SMK SMTI Yogyakarta telah berdiri sejak tahun 1947 dengan nama Sekolah Technologie Menengah Atas. Saat ini, sekolah tersebut mempunyai tiga jurusan, yakni kimia industri, kimia analisis dan teknik mekatronika. Kepala Sekolah SMK SMTI Yogyakarta, Rr Ening Kaekasiwi menyampaikan, hampir 98 persen lulusannya diterima kerja di industri saat wisuda dan hanya menunggu waktu dalam tiga bulan seluruhnya telah terserap kerja.
“Peringatan ulang tahun ke-70 SMK SMTI Yogyakarta yang merupakan sekolah Kemenperin ini juga menjadi refleksi bagi kami untuk melihat apa yang perlu ditingkatkan lagi dalam program pendidikan vokasi,” tutupnya (HK)