Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menyampaikan, industri busana muslim Indonesia terus berkembang pesat dan berdaya saing, mengingat semakin dikenal dan diakuinya kreativitas para perancang busana muslim nasional di kancah internasional.
“Kami menargetkan di tahun 2020 Indonesia akan menjadi core area busana muslim dunia,” ujarnya saat saat pembukaan Pameran dan Deklarasi Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) di Museum Tekstil, Jakarta, Rabu (20/12).
Potensi ekonomi industri busana muslim terlihat dari kontribusinya terhadap PDB yang mencapai Rp54 triliun dari total nilai Rp 181 triliun rupiah dari sumbangan industri fesyen Tanah Air. Industri busana muslim diperkirakan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,1 juta orang dari total 3,8 juta tenaga kerja industri fesyen.
Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Organisasi Konferensi Islam (OKI), saat ini nilai ekspor industri busana muslim Indonesia diproyeksi mencapai USD7,18 miliar, berada di posisi ketiga terbesar dunia setelah Bangladesh (USD22 miliar) dan Turki (USD14 miliar).
“Indonesia termasuk dalam lima besar negara anggota OKI eksportir fesyen muslin di dunia, dengan nilai market share berada pada angka 1,6 persen. Konsumsi domestik tahun 2017 mencapai 1,8 ton, tahun 2020 ditargetkan akan berada pada angka 2,2 juta ton. Kini Indonesia berada pada urutan ke-4 sebagai negara konsumen fesyen muslim terbesar di dunia,” ungkap Gati.
Oleh karena itu, Gati memberikan apresiasi terhadap inisiatif Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) dalam menyelenggarakan acara Pameran Produk Unggulan IPEMI di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari, mulai tanggal 20-22 Desember 2017, dengan jumlah peserta pameran sebanyak 50 IKM binaan IPEMI.
“Semoga pameran ini dapat mendukung program pemerintah dalam membangun industri busana muslim nasional,” imbuhnya. (EA)