Pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) tengah mengembangkan bahan bakar minyak (BBM) yang lebih ramah terhadap lingkungan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menegaskan bahwa menghasilkan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan sudah menjadi kewajiban sebagai warga dunia dan tanggung jawab sebagai anak bangsa.
“Kemajuan atau pertumbuhan ekonomi bangsa ini jika sebesar 5% saja per tahun, kalau kita tidak memulai membuat bahan bakar yang ramah lingkungan, maka 25 tahun lagi polusinya akan sangat buruk. Kalau makin lama polusinya makin buruk maka tingkat kesehatan masyarakatnya juga makin terganggu dan akibatnya harapan hidup makin menurun,” ujarnya di Kompleks Kilang Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (17/1).
Pertamina saat ini sedang mengembangkan BBM yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, Jonan berharap selain dapat menghasilkan BBM yang ramah lingkungan juga 100% menggunakan bahan baku renewable energy.
“Masyarakat berharap minyak diesel yang dihasilkan Pertamina di kemudian hari, itu akan berasal dari renewable energy sehingga tingkat polusi yang dihasilkan itu akan rendah, akan makin sangat berkurang karena tidak bisa jika tidak ada sama sekali polusinya,” tandasnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan bahwa Pertamina saat ini sedang mengembangkan BBM berbasis sawit yang ramah lingkungan. Pengembangan BBM tersebut dilakukan selain blending FAME juga co-processing dan hydrorefining.
“Co-processing dan hydrorefining tersebut akan menghasilkan energi yang lebih bersih jika dibandingnkan dengan FAME yang hari ini kita hasilkan. Opsi-opsi pengembangan energi bersih melalui proses hydrorefining tersebut merupakan sepenuhnya hasil karya anak bangsa hasil kerjasama dengan LAPI-ITB dengan nama katalisnya, katalis Merah-Putih,” paparnya.
Nicke menambahkan, pengembangan bahan bakar ramah lingkungan ini secara bertahap sedang dikerjakan di beberapa kilang Pertamina dan diharapkan sebelum tahun 2023 sudah dapat diimplementasikan di empat kilang milik Pertamina yang memiliki Residual Fuel Catalytic Cracking (RFCC) yang pada saatnya nanti akan menghasilkan green diesel, green avtur dan green fuel.
Pengembangan BBM berbasis sawit selain lebih ramah lingkungan dan sedikit menghasilkan polusi tentunya juga akan dapat meningkatkan nilai tambah dari sawit itu sendiri dan mengurangi impor minyak mentah.
Sumber: www.esdm.go.id
Editor: Catur Apriliana