1 Januari 2018, melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Mahakam, PT Pertamina (Persero) resmi mengelola Blok Mahakam. Selama 50 tahun, blok migas yang berada di Pulau Kalimantan tersebut dikelola oleh Total E&P dan Inpex.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN) Iwan Dwi Laksono menyampaikan bahwa dengan mengelola blok tersebut Pertamina tidak perlu menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Biosolar.
Pasalnya, dengan mengelola Blok Mahakam, aset Pertamina bertambah menjadi USD 54,95 miliar atau bertambah USD 9,43 miliar (Rp 122 triliun). Sebelumnya, tahun 2016, Pertamina memiliki USD 45,52 miliar.
“Dari Blok Mahakam, aset Pertamina bertambah Rp 122 triliun, jadi ke depan, tidak perlu lagi menaikkan Premium dan Biosolar,” kata Iwan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (01/01/2018).
Iwan menjelaskan bahwa Pertamina akan memiliki 34% dari total produksi migas nasional. Hal itu lantaran blok tersebut merupakan produsen gas terbesar di Indonesia saat ini. Pada semester I tahun 2017 saja, Blok Mahakam mampu menghasilkan 1.504 juta standar kaki kibuk per hari (MMSCFD) atau sekitar 20% dari total produksi gas nasional. Sementara itu, realisasi produk minyak sebanyak 55 ribu barel per hari (bph).
“Bahkan, di tahun 2018, dari pengelolaan Blok Mahakam Pertamina akan mendapatkan netto (pendapatan bersih) sekitar USD 317 juta atau sekitar Rp 4 triliun,” jelasnya.
Pertamina juga akan mendapatkan aset tambahan dari enam blok migas yang masa kontraknya akan habis pada tahun 2018. Blok migas yang akan dikelola Pertamina tahun 2018 adalah blok Sanga-Sanga yang dioperatori Virginia Indonesia Co LLC, blok South East Sumatera yang dioperatori CNOOC SES Ltd, blok Tengah oleh Total E&P Indonesie, blok East Kalimantan yang dioperatori Chevron Indonesia Company, dan blok Attaka yang sebelumnya dioperatori Inpex Corporation.
Sebelumnya, Pertamina juga sudah mengerjakan tiga blok lain yang terdiri dari blok North Sumatera Offshore (NSO) dan dua blok berbentuk Joint Operating Body (JOB) Tuban dan Ogan Komering.
“Dengan banyaknya tambahan blok migas yang dikelola, aset dan keuntungan Pertamina akan terus bertambah,” imbuh Iwan.
Selain itu, menurut Iwan, Pertamina sangat diuntungkan lantaran saat ini harga minyak dunia sedang mengalami tren kenaikan. “Prediksinya harga minyak dunia akan menyentuh USD 70 per barel.”
Iwan mengatakan, dengan semakin bertambahnya aset dan keuntungan, tidak ada alasan bagi Pertamina untuk menaikkan harga BBM.
“Harga BBM harus dipertahankan, bahkan kalau bisa terus diturunkan,” ucapnya.
Iwan menuturkan bahwa BBM merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi dan terjangkau. Pemerintah juga telah berkomitmen untuk mewujudkan program Energi Berkeadilan.
“Jika ketersediaan BBM dan akses masyarakat dapat dijaga, maka komitmen pemerintah untuk mewujudkan program tersebut dapat terpenuhi,” pungkasnya. (HK)