Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya untuk mengembangkan bauran energi baru terbarukan (EBT) dalam membangun pembangkit listrik. Kementerian ESDM juga telah menetapkan target bauran EBT sebesar 23 persen hingga tahun 2025 nanti.
Kepala Divisi EBT PT PLN (Persero) Tohari Hadiat menyampaikan bahwa tahun 2017 ini, total keseluruhan pengembangan EBT untuk pembangkit listrik mencapai 38.864 MW.
“Pengembangan EBT untuk pembangkit listrik yang sudah beroperasi saat ini mencapai 6.370 MW,” kata Tohari
Tohari juga merinci, penggunaan EBT untuk pembangkit yang masih dalam tahap konstruksi 2.855 MW, pembangkit yang masih dalam tahap PPA 886 MW, pembangkit yang masih dalam tahap Proses PPA 2.651 MW, pembangkit yang masih dalam tahap Tender oleh Pemerintah 1.775 MW, dan pembangkit yang masih dalam tahap studi, pendanaan, dan pengadaan 12.074 MW.
“Sisanya masih dalam tahap proposal sebesar 11.007 MW,” jelasnya.
Tohari menjelaskan bahwa PLN juga telah menyusun Outlook Pengembangan EBT untuk pembangkit listrik hingga tahun 2027 nanti. “Total Pengembangan Pembangkit listrik EBT 2018-2027 sebesar 12.643 MW.”
Namun, lanjut Tohari, pengembangan EBT tersebut masih memiliki tantangan dalam pelaksanaannya. Salah satunya tantangannya adalah Biaya Pokok Penyediaan (BPP) di beberapa wilayah Indonesia yang masih relatif rendah.
Selan itu, beberapa daerah juga sulit untuk menerima EBT karena alasan over supply terutama untuk daerah yang mempunyai IPP pembangkit Termal (PLTU dan PLTG) sehingga bila ada penetrasi PLTS/PLTB akan membuat pembangkit termal tersebut harus menurunkan outputnya di tengah kondisi Take or Pay.
“Beberapa daerah memiliki instal capacity kecil sehingga pembangkit EBT hanya mendapatkan porsi (kuota) MW yang kecil,” imbuhnya.
Selain beberapa tantangan tersebut, Ia menuturkan bahwa terdapat beberapa peluang yang dapat mendukung pengembangan EBT untuk pembangkit listrik.
“Pengembangan EBT ini masih banyak peluangnya, yakni rasio elektrifikasi di daerah Timur Indonesia masih rendah, harga Solar Panel juga makin kopetitif ke depannya dan cadangan feedstock masih melimpah di beberapa daerah,” pungkas Tohari. (HK)