Kepala Pusat Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan ucapan belasungkawa kepada para korban gempa bumi yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu (5/8) pukul 18.46 WITA.
Seperti diketahui, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat diguncang Gempa berkekuatan 7 SR. Lokasi gempa berada di titik 8.37 LS dan 116.48 BT pada lereng Utara – Timur Laut G. Rinjani. Gempa terjadi pada kedalaman 15 km dan sempat dinyatakan berpotensi tsunami.
“Bagi keluarga yang ditinggalkan sanak saudara, dan kerabat semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi musibah ini dan bagi yang mengalami luka-luka semoga segera diberikan kesembuhan,” ungkapnya di Jakarta, Senin (6/8).
Menurut Dwikorita, kebanyakan korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Oleh karena itu, BMKG mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan untuk sementara waktu tidak berada dibawah bangunan-bangunan yang rawan runtuh.
“Jauhi daerah lereng atau tebing batuan yang rapuh atau retak-retak karena dikhawatirkan rawan longsor, terutama saat terjadinya gempa susulan meskipun dengan magnitudo yang lebih kecil,” tuturnya.
Dwikorita menerangkan berdasarkan pantauan BMKG, hingga pukul 11.00 WIB telah terjadi sebanyak 147 gempa bumi susulan. Namun demikian, kekuatan gempa bumi susulan semakin melemah dibandingkan gempa utamanya yg terjadi kemarin malam. Sehingga masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak terlalu cemas dengan adanya gempa susulan tersebut.
“Magnitudo terbesar pada 5,7 SR dari kejadian gempabumi tadi malam. Dari 147 gempa bumi susulan, sebanyak 13 gempa yang dirasakan oleh masyarakat,” terangnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa munculnya gempa bumi susulan merupakan mekanisme alam guna menghabiskan energi gempa yang masih tersisa. Dengan demikian setelahnya batuan atau lempeng bumi kembali dalam kondisi stabil.
“Ini merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakkan Patahan Naik (thrust fault),” tukas Dwikorita.
Dwikorita memaparkan bahwa sumber gempa bumi merupakan bidang patahan yang menerus atau melampar memanjang hingga bidang patahan atau robekan batuan tersebut masuk di dasar laut dekat Pantai Lombok di bagian utara. Hal inilah yang akhirnya memicu terjadinya tsunami.
“Sejak peringatan dini WASPADA tsunami dikeluarkan BMKG, telah terjadi tsunami kecil di empat titik. Masing-masing di Desa Carik setinggi 13,5 cm, Desa Badas 10 cm, dan Desa Lembar 9 cm, dan Benoa (Pukul19.58 WIB) 2 cm, dan kemudian Peringatan Dini tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada malam yg sama 5 Agustus yang lalu,” paparnya.
“Status ancaman tsunami ini hanya pada level waspada (ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter). Prediksi status ancaman yang dibuat oleh BMKG dipandang cukup akurat karena ketinggian tsunami berdasarkan monitoring tide gauge ternyata memang mencapai kurang dari 0,5 meter,” imbuh Dwikorita.
Dia menegaskan bahwa mengingat epicenter-nya sangat berdekatan dengan gempa bumi yang terjadi pada 29 Juli 2018 lalu, BMKG menyatakan bahwa gempabumi yang terjadi tadi malam merupakan gempabumi utama (main shock) dari rangkaian gempabumi yang terjadi sebelumnya.
Gempabumi ini dirasakan oleh masayarakat di daerah Mataram dengan intensitas IV SIG-BMKG (VII MMI) yang artinya bangunan mengalami kerusakan.
Sedangkan di Bima, Denpasar, Karang Asem mengalami intensitas III SIG-BMKG (V-VI MMI) yang artinya bangunan mengalami kerusakan ringan apabila memenuhi konstruksi standar bangunan aman gempa.
Gempabumi ini juga dirasakan di Kuta dengan intensitas II SIG-BMKG (IV MMI) yang artinya tidak ada kerusakan namun dirasakan oleh banyak orang.
Sementara di Waingapu, Genteng, Situbondo, Malang dengan intensitas II SIG-BMKG (II-III MMI) yang artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah.
Guncangan gempabumi ini dilaporkan menimbulkan kerusakan di Lombok dan sebagian dirasakan di wilayah Bali. Kejadian ini telah memakan korban jiwa dan kerusakan bangunan dan rumah.
Sumber: www.bmkg.go.id
Editor: Eva Ulpiati