1. Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945 adalah bentuk peneguhan komitmen NU terhadap NKRI. Komitmen awal NU terhadap negeri ini adalah Keputusan Muktamar NU 1935 di Banjarmasin.
2. Pertempuran Surabaya berlangsung dari 25 Okt – 10 Nop 1945 ( selama dua minggu). Padahal, tentara Sekutu hanya menarget waktu 3 hari, seluruh kota Surabaya bisa dikuasai, mengingat Indonesia belum mempunyai tentara resmi yang sifatnya nasional.
3. Yang menyobek bagian biru dari bendera Belanda itu Hasyim, anak Ansor yang berasal dari Madura. Yang menembak Brigjen Mallaby itu Harun, santri Tebuireng. Ada versi lain, Harun membunuh Brigjen Mallaby dengan meledakkan bom bunuh diri pd mobil yang ditumpangi Mallaby.
4. Tulang punggung pertempuran Surabaya itu warga NU terutama dari pasukan Hizbullah dan Lasykar Sabilillah. Walaupun dari komponen lainnya tentu terlibat juga seperti Lasykar BPRI pimpinan Sutomo atau Bung Tomo.
5. Lasykar BPRI sebenarnya lasykar kecil, hanya kebetulan punya pemancar radio kecil dengan jarak pancar sekitar 1000 m. Pemancar radio ini bersifat mobile bisa dipindah-pindah.
6. Banyak tokoh pejuang di Jawa Timur dari berbagai badan kelasykaran yang biasa datang dan berkonsultasi dengan para kiai terutama dgn KH Hasyim Asy’ari, termasuk Bung Tomo.
7. Karena Bung Tomo suka pidato melalui radio BPRI itu, atas perintah KH Hasyim Asy’ari pidato nya dimulai dan diakhiri dengan pekik merdeka sebanyak tiga kali, dan kalimat takbir Allohu Akbar untuk membangkitkan semangat Jihad fii Sabilillah.
8. Pekik merdeka itu sendiri dari Otto Iskandardinata. Pekik itu tadinya “Indonesia Merdeka” tapi kemudian menjadi “Merdeka” saja.
9. Waktu puncak pertempuran tanggal 10 Nop 1945 dimana Brigjen Mallaby ditembak, Bung Tomo tidak ada di Surabaya. Dia sedang pergi ke Mojokerto.
10. Salah seorang pelaku besar pertempuran Surabaya itu Kiai Abbas dari Buntet Pesantren. Beliau diminta lgsung oleh KH. Hasyim Asyari untuk membantu dalam pertempuran di Surabaya. Konon, beliau punya ‘kelebihan’ dalam menjatuhkan pesawat musuh, hanya dengan meludah tepat saat terbang di atas beliau.
11. Di berbagai buku yang ditulis orang tentang pertempuran Surabaya ini peran NU dikecilkan terutama oleh Prof Nugroho Notosutanto.
12. Banyak pertempuran besar dimana motornya adalah tokoh-tokoh NU melalui Lasykar Hizbullah / Sabilillah yang mau dihapus orang dari dari sejarah, spt Pertempuran Citarum 1947. Kalau saja tidak ada sajak Chairil Anwar “Antara Krawang Bekasi” yang legendaris itu, cerita Pertempuran Citarum itu mungkin dianggap tidak ada.
13. Panglima (resminya Ketua Markas Besar) Lasykar Hizbullah itu Kiai Zainul Arifin dan Panglima Lasykar Sabilillah itu Kiai M Masykur.
Selamat Hari Santri Nasional, 22 oktober 2017 M. Semoga kita bisa meneladani perjuangan para Ulama dan Para pejuang yang telah berkorban dengan segenap jiwa raganya demi mempertahankan NKRI.
#NKRIHargaMati
#PancasilaJaya
#SantriMandiri
#AyoMondok