Presiden Joko Widodo bertemu dengan 26 pengusaha di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (27/8). Para pengusaha tersebut merupakan generasi kedua dan ketiga yang berasal dari berbagai bidang usaha dan daerah.
Presiden menyampaikan beberapa perkembangan perekonomian dan kebijakan-kebijakan yang sudah diambil pemerintah guna menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan berkualitas. Ia juga menyampaikan perihal ketidakpastian ekonomi dunia, perang dagang China-Amerika Serikat, hingga gejolak ekonomi di Turki.
“Dan terakhir waktu saya ketemu Presiden Bank Dunia, Presiden Kim, saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki,” katanya.
Menurut Presiden, pemerintah terus fokus mengatasi defisit transaksi berjalan (current account deficit). “Saya kira kita akan fokus di sana, termasuk terutama juga di neraca perdagangan,” lanjutnya.
Selain itu, Presiden menuturkan masalah lainnya adalah keseimbangan primer. Ia pun mengatakan bahwa pemerintah menargetkan bisa menyelesaikan hal tersebut dalam kurun waktu setahun. “Ternyata banyak hal belum kita lakukan kalau kita lihat secara detail misalnya transaksi berjalan. Contoh saja yang kita hitung B20, Biodiesel 20. Kalau bisa berjalan itu pertama karena harga naik dapat USD 6 miliar, volume naik juga dapat USD 5 miliar, dari satu hal dapat USD 11 (miliar),” imbuhnya.
Secara khusus Presiden meminta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) pusat dan daerah untuk bisa sama-sama membantu pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi. Menurutnya, masih banyak sekali peluang untuk perbaikan-perbaikan yang bisa dilakukan.
“Tapi intinya kita ingin tidak melulu konsentrasi pada pertumbuhan ekonomi, tapi yang lebih penting menurut saya kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri,” tuturnya.
Selepas pertemuan, Ketua Umum KADIN Indonesia Rosan Roeslani yang berbicara mewakili para pengusaha tersebut menyampaikan bahwa saat ini bukanlah masa-masa yang mudah. Oleh karena itu, dunia usaha dan pemerintah harus menyatu dan solid.
“Karena di tengah tekanan mata uang kita, di bawah tekanan ketidakpastian, trade war, dan lain-lain, tentunya diperlukan terus komunikasi secara berkala baik dengan dunia usaha, pemerintah, dan juga pengambil keputusan. Kembali lagi, kita juga menyadari ini semua untuk kepentingan kita semua. Tidak hanya untuk kepentingan dunia usaha, tapi juga untuk kepentingan masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” ucapnya.
Senada dengan Presiden, dirinya juga menyampaikan salah satu solusi untuk defisit transaksi berjalan adalah dengan penerapan B20. Untuk itu, pemerintah meminta komitmen dari dunia usaha agar hal tersebut benar-benar dilaksanakan.
“Alhamdulillah tadi langsung direspons oleh salah satu perusahaan batu bara, yang memang akan memberlakukan September ini, full B20,” ujarnya.
Sementara itu terkait penambahan bea masuk barang impor, Rosan mengatakan agar berhati-hati dalam menerapkan hal tersebut. Baginya, jika penambahan bea masuk barang impor itu untuk hal yang bersifat konsumtif, tidak masalah.
“Tapi kalau misalnya itu adalah untuk penyediaan bahan baku, aero material, itu juga kan meningkatkan produktivitas kita. Jadi kalau kami melihatnya yang paling penting justru adalah bagaimana kita meningkatkan daya saing, meningkatkan efektivitas kita, sehingga defisit transaksi berjalan kita ini bisa kita tekan,” tandasnya.
Sumber: Biro Pers Setpres
Editor: Eko “Gajah”