Sudah dua puluh tahun Orde Baru berlalu. Namun rezim Orde Baru masih menyisakan luka yang mendalam di hati sebagian besar rakyat Indonesia yang merasakan kehidupan di masa itu.
Praktek dan cara pengelolaan kebijakan negara yang terbukti keliru di masa Orde Baru bukan tidak mungkin terjadi di masa kini dan masa yang akan datang. Untuk itu generasi milenial jangan mudah terlena dengan propaganda yang mengelukan rezim Orde Baru, padahal berbeda dengan fakta sebenarnya.
Sebagai generasi milenial kita harus berpikir ke depan. Kita harus mewujudkan demokrasi yang partisipatif serta mendorong terciptanya perekonomian yang berkeadilan.
Demikian poin inti diskusi publik Institute for Indonesia Local Policy Studies (ILPOS) bertajuk ‘Generasi Milenial Bicara Orde Baru’ di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/1) dengan para pembicara diskusi adalah para Ketua Umum Kelompok Cipayung Plus (HMI, PMII, GMNI, PMKRI, GMKI, IMM, KAMMI, HIKMAHBUDHI, KMHDI, dan LMND).
Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Respiratori Saddam Al Jihad mengatakan, pada masa Orde Baru, kebebasan menyampaikan pendapat dibatasi. Banyak aktivis politik dan budayawan yang hilang ataupun diculik karena mengkritik pemerintah.
“Namun, pada hari ini kita sebaiknya tidak lagi menyalahkan masa lalu. Tetapi yang terpenting adalah menemukan hal-hal baik dari pemerintahan masa orde lama, orde baru, masa reformasi hingga pemerintahan saat ini,” kata Saddam.
Saat ini bangsa lain sudah memikirkan bagaimana peradaban teknologi ke depan, tetapi Indonesia masih sibuk mendiskusikan revolusi industri 4.0.
“Karena itu, pada masa sekarang para pemuda harus siap melangkah maju demi membangun sumber daya manusia yang berkompeten, dan tidak lagi harus berpikir mundur ke belakang,” tegas Saddam.
Hal yang sama disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Irfan Ahmad Fauzi. Irfan mengingatkan bahwa sisi kelam pemerintahan Orde Baru jangan lagi terulang di masa sekarang ini. Proses perkembangan bangsa ini harus terus berlanjut dan bergerak maju ke depan.
“Pada hari ini, generasi milenial harus memiliki spirit pembangunan tanpa menghilangkan nilai-nilai kebangsaan. Perubahan harus terus berjalan, baik dari sisi kepemimpinan, kesejahteraan, kebebasan berpendapat, dan lainnya,” jelas Irfan.
Ketua Umum Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EN LMND) Indrayani Abd. Rozak menyampaikan bahwa pada masa Orde Baru kekayaan alam dikuasai oleh asing sehingga ekonomi Indonesia semakin rapuh. Seharusnya, kepentingan rakyat adalah hal utama sehingga pemerintah bertugas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terkhusus petani, buruh, dan lainnya.
“Kita berharap jangan ada lagi virus-virus perpanjangan tangan masa Orde Baru yang berlanjut ke masa kini,” tegasnya.
Saat ini, reforma agraria masih harus dilaksanakan dengan baik. Masyarakat mendapatkan tanah untuk digarap namun tidak mempunyai biaya untuk menggarapnya.
“Pemerintah harus memikirkan bagaimana agar rakyat dapat mengelola tanah yang dimilikinya untuk dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya,” sarannya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (PP Hikmahbudhi) Ari Sutrisno mengingatkan, masa Orde Baru, sistemnya adalah sentralistik dan berbeda dengan saat ini. Orde Baru harus menjadi refleksi bagi kita.
“Kita harus membangun peradaban yang baru dan membangun bangsa yang semakin maju. Jangan lagi ada hoax, provokasi, ujaran kebencian, dan lainnya di dalam kehidupan masyarakat,” tegasnya.