Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengingatkan kepada masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi untuk mewaspadai terjadinya gerakan tanah berupa tanah longsor.
Menurut Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar, saat ini hingga akhir bulan Februari 2018 mendatang menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) intensitas curah hujan relatif tinggi.
“Berdasarkan informasi dari BMKG yang disampaikan kepada publik dan kepada Badan Geologi, dalam beberapa minggu ini dan beberapa minggu kedepan, diperkirakan akan terjadi intensitas curah hujan itu masih tinggi, begitu ada informasi curah hujan yang tinggi ini, maka Badan Geologi megeluarkan Peta Potensi Terjadinya Gerakan Tanah setiap bulan,” ujar Rudy di Jakarta, Senin (26/2).
Rudy menjelaskan bahwa eta terkait potensi terjadinya gerakan tanah yang disertai dengan indikasi warna merah (potensi gerakan tanah tinggi), kuning (potensi gerakan tanah menengah) dan hijau (potensi gerakan tanah sedang) sesuai dengan tingkat kerawanannya tersebut juga telah disampaikan kepada institusi-institusi terkait baik di Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
Zona warna merah merupakan prioritas wilayah potensi tinggi terjadinya gerakan tanah yang umumnya berada pada jalur jalan dan pemukiman di daerah perbukitan, pegunungan dan sepanjang aliran sungai di seluruh wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara.
“Peta Kerawanan Bencana Gerakan Tanah yang dikeluarkan Badan Geologi dimaksudkan untuk mengurangi atau memitigasi untuk mengurangi jatuhnya korban baik harta maupun jiwa akibat kejadian gerakan tanah,” imbuhnya.
Rudy menuturkan bahwa mengenai gejala-gejala awal terjadinya gerakan tanah pada saat curah hujan tinggi seperti saat ini dan beberapa hari kedepan agar dipahami dan dipantau oleh aparat pemerintah dan masyarakat.
“Gejala terjadinya tanah longsor atau gerakan tanah yang patut dicermati dan diwaspadai sebelum kejadian longsor pada umumnya berupa muncul retakan pada lereng, beberapa pohon atau tiang listrik sudah mulai miring, tiba-tiba muncul rembesan pada lereng, runtuhan batu kecil mulai terjadi, dan lereng tiba-tiba menggembung. Jika mengenali tanda-tanda awal longsor tersebut sebaiknya masyarakat mengungsi dulu atau menjauhi lereng,” tuturnya.
Dengan demikian, menjadi penting bagaimana informasi geologi dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk mencegah adanya korban akibat bencana geologi. Kementerian ESDM mengharapkan peran pemerintah daerah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat akan potensi bencana geologi di wilayahnya masing-masing.
Dengan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap bencana geologi dalam hal ini gerakan tanah atau longsor. Melalui kesadaran dan kewaspadaan ini diharapkan dapat mengurangi terjadinya korban jiwa karena bencana geologi, mengingat manusia tidak dapat berseberangan dengan kondisi alam, dengan kata lain harus menyelaraskan diri dengan alam.
Sumber: www.edm.go.id
Editor: Hendri Kurniawan