Presiden Joko Widodo menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-32 ASEAN yang digelar di The Acacia Room, Hotel Shang-La, Singapura, Sabtu, (28/4).
Presiden menyampaikan, kawasan Indo-Pasifik memiliki tantangan yang sangat besar. Maka dari itu, jika tidak dikelola dengan baik situasi tersebut dapat mengganggu bahkan merusak capaian ASEAN selama ini.
Tekait hal itu, untuk mewujudkan kerja sama Indo-Pasifik, Presiden mengusulkan tiga upaya ASEAN ke depan. Pertama, ASEAN harus mampu menjadi motor bagi penciptaan enabling environment.
“Kita harus terus mengajak semua mitra untuk menghormati hukum dan norma internasional mengembangkan habit of dialogue, mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai menghindari penggunaan kekerasan,” ujarnya.
Kedua, ASEAN harus dapat mendayagunakan berbagai modalitas untuk menanggulangi tantangan keamanan, termasuk transnational crimes. Beberapa bentuk ancaman yang perlu mendapatkan perhatian antara lain radikalisme dan terorisme perdagangan narkoba, TPPO dan perompakan (piracy).
Ketiga, ASEAN harus pro-aktif dalam menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru, khususnya di Samudera Hindia. Oleh karena itu, ASEAN harus terus menjaga sistem ekonomi yang terbuka dan adil.
“Beberapa bidang kerja sama yang dapat dikedepankan antara lain, di bidang maritim, konektivitas, dan pencapaian SDGs. Oleh karena itu, interaksi pelaku bisnis di kawasan Samudera Hindia dan Pasifik perlu ditingkatkan,” tutur Presiden.
Sebelumnya, Presiden juga berharap pengembangan kerangka kerja sama Indo-Pasifik berdasarkan prinsip-prinsip terbuka, inklusif, transparan dan mengedepankan kerja sama serta persahabatan. Konsep kerja sama Indo-Pasifik harus tetap mengedepankan sentralitas ASEAN.
Sumber: www.setneg.go.id
Editor: Eko “Gajah”