Menyambut kontestasi politik di tanah air, yakni Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk meneladani persahabatan dua tokoh nasional yang berbeda agama, Johanes Leimena dan Mohammad Natsir.
“Meskipun mereka berasal dari partai yang berbeda, Partai Kristen Indonesia dan Partai Masyumi, tetapi mereka sangat bersahabat, sangat bersaudara dalam visi kebangsaan, dan sahabat sejati dalam pergaulan sehari-hari,” kata Presiden saat menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis Universitas Kristen Indonesia (UKI) ke-65, di Lapangan Bola, Kampus UKI, Cawang, Jakarta Timur, Senin (15/10).
Menurut Presiden, keteledanan dari mereka berda yang harus diambil adalah sikap tidak saling mencela, tidak saling mencemooh dan tidak ada saling fitnah. “Indonesia merupakan negara besar dengan perbedaan-perbedaan yang sangat banyak, perbedaan suku, agama, tradisi, adat, bahasa daerah, semuanya berbeda kita ini,” tuturnya.
Menurut Presiden, seharusnya dalam kontestasi politik itu yang harus dikedepankan adalah pertarungan gagasan dan program. “Jangan adu celaan, saling mencela, saling memaki, saling menghujat, saling memfitnah. Itu bukan tata krama Indonesia, itu bukan etika Indonesia,” tegasnya.
Presiden mengingatkan mengenai tantangan-tantangan besar yang dihadapi Bangsa Indonesia di hadapan mata, yaitu ketidakpastian ekonomi global, perubahan iklim, terorisme, dan radikalisme. “Itu tantangan-tantangan yang akan kita hadapi ke depan,” tukasnya.
Sumber: http://setkab.go.id
Editor: Rahmawati Alfiyah