Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho menyampaikan bahwa kemampuan mengolah data menjadi hal yang penting untuk dikembangkan bersama dalam memasuki era Industri 4.0.
Pengelolaan data yang kurang terukur kerap menyebabkan miskoordinasi, termasuk juga antar instansi pemerintah dalam melaksanakan program-program pembangunan.
“Di sinilah, solusi digital dari publik dapat menjadi bagian pemecahan masalah pada pembangunan berkelanjutan,” katanya dalam forum Learning from The Experts: ‘Are We Ready for Data Driven Journalism? di Universitas Atmajaya, Jakarta, Senin (7/5).
Yanuar menekankan, di era baru ini, pengumpulan data tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tapi seluruh lapisan masyarakat. Ia menyontohkan, penggunaan web dan aplikasi gawai untuk menyediakan informasi teknologi pada rantai suplai komiditas.
Akademisi dari Institute of Innovation Research, Manchester Business School ini juga memaparkan bahwa tantangan revolusi digital di Indonesia saat ini, antara lain bagaimana menyinkronkan antara kebutuhan konsumsi teknologi informasi dan penyediaan kapasitas produksinya.
Saat ini ketergantungan masyarakat pada platform digital semakin tinggi, sementara di sisi lain, Indonesia berada pada kondisi darurat tenaga programmer.
“Dari seluruh sarjana kita, hanya ada 2,4 persen yang lulusan bidang sains komputer. Dan angka itu terus turun,” ujar Yanuar.
Yanuar menjelaskan, beberapa langkah dilakukan pemerintah dalam merespon Revolusi Industri 4.0, diantaranya ialah dengan mereformasi sistem pendidikan, meningkatkan peluang wirausaha, menggunakan jaringan untuk meningkatkan investasi, serta menciptakan insentif pajak yang fair.
Reporter: Rahmawati Alfiyah