Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, sangat bersyukur lahir dan menjalani hidup bersama keluarga yang menganut kepercayaan agama heterogen. Dari lingkungan keluarganya, ia belajar untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan. Perbedaan keyakinan tidak menghalanginya untuk menebarkan kasih sayang.
Jonan pernah melakukan renovasi masjid yang berada di lingkungan Kementerian ESDM agar lebih rapi dan menawan. Ia menjunjung tinggi keberagaman dalam memeluk keyakinan.
Pada saat meninjau lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Sidrap, Sulawesi Selatan, Jonan membuat kaget dan heran para tamu. Bagaimana tidak? Seketika ia berhenti pidato lantaran terdengar suara adzan Ashar.
Bahkan, terkadang, Ia lebih memilih untuk menghadiri kegiatan-kegiatan umat islam ketimbang mengikuti acara-acara agamanya sendiri. Jonan memeluk agama Katolik.
Pernah suatu ketika, Jonan memilih untuk bersama-sama dengan warga Muhammadiyah membersihkan masjid di kawasan Menteng Pulo. Padahal, pada saat yang sama, Ia juga diundang untuk melakukan bersih-bersih di gereja.
Dalam menjalankan keyakinannya, Jonan menjunjung tinggi keteguhan. Ia juga dikenal sebagai seorang menteri yang bersih dan memiliki keberanian serta ketegasan.
Baginya, agama akan selalu ada di hati. Ia selalu mengingat nlai-nilai universal dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
“Saya berusaha menjalankan apa yang menjadi tugas saya. Saya kan diambil sumpah, yaitu sejak dilantik dan dibacakan kitab suci agama Katolik, menjalankan apa yang telah menjadi tugas,” ujarnya.
Jonan merasa sangat bersyukut lantaran masih diberikan kesempatan untuk menikmati kuasa Tuhan. Ia akan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain. Dia juga berharap dapat menghabiskan waktunya untuk bersedekah: waktu, harta, dan pikiran.
“Seringkali kita tidak sadar, suatu saat nanti kita pasti akan pulang. Siapapun, kita pasti pulang,” tuturnya.
Jonan yang juga Ketua Umum Panitia Natal Nasional 2017 tersebut menyampaikan ucapan selamat kepada umat Kristiani sekaligus mengingatkan pentingnya kebermanfaatan bagi orang lain.
Ia berpesan, jadilah garam dunia. Secara filosofis, garam mewarnai rasa dalam suatu hidangan makanan tanpa menampakkan wujud. Begitu halnya kebaikan, Jonan menekankan amalan baik selama hidup untuk kepentingan umum tanpa harus menampakkan diri.
