Home Rilis Presiden Pastikan Pembangunan Infrastruktur Pertanian Berkelanjutan

Presiden Pastikan Pembangunan Infrastruktur Pertanian Berkelanjutan

390
0
SHARE

Pemerintah terus membangun infrastruktur pertanian, mulai dari waduk, embung, hingga irigasi sekunder dan tersier. Tujuannya adalah adanya ketersediaan air yang memadai untuk pertanian. “Pertanian itu kuncinya di air, kalau airnya enggak ada darimana kita mau menanam?” kata Presiden Joko Widodo pada saat membuka Pekan Nasional Petani Nelayan ke-15 Tahun 2017 di Stadion Harapan Bangsa, Gampong Lhong Raya, Banda Aceh, Provinsi Aceh, Sabtu 6 Mei 2017.

Sebanyak 49 waduk besar yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke tengah dibangun pemerintah. “Banyak sekali, banyak sekali tapi yang paling banyak di Nusa Tenggara Timur  karena di situ sangat membutuhkan sekali,” ujar Presiden. 

Presiden juga telah memerintahkan Menteri Pertanian dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk membangun embung-embung kecil. “Target kita tahun ini 30 ribu embung harus jadi,” ucapnya.

Selain itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman pun menjanjikan pembangunan irigasi sekunder dan tersier akan tuntas tahun ini sebagaimana yang dijanjikannya pada 3 tahun yang lalu.  “Bagaimana masalah irgasi sekunder tersier? Menteri Pertanian menyampaikan sampai saat ini sudah mencapai 3 juta hektare, betul Pak Menteri? Saya belum menghitung, Pak Menteri sudah menghitung. Kalau kurang, awas,” kata Presiden yang disambut tepuk tangan.

Presiden mengingatkan kepada gubernur, walikota, dan bupati untuk mulai mencari tanaman-tanaman unggulan di daerahnya yang memiliki harga jual yang baik. “Jangan kita ini terpaku pada tanaman-tanaman tertentu saja,” ucap Presiden.

Kakao dan kopi adalah contoh dari komoditas yang memiliki harga jual yang baik. Untuk kakao misalnya, permintaan di dalam negeri tinggi tapi suplainya masih kurang. “Kopi harganya juga naik terus,” ucap Presiden. 

Presiden menceritakan pengalamannya saat dirinya tinggal di Aceh dimana hampir setiap pagi menikmati kopi gayo. “Karena kopi gayo enak sekali,” ucap Presiden.

Tapi, Presiden meyakini di daerah lain pun banyak terdapat kopi yang sangat spesial dan memiliki haga yang sangat bagus. “Kenapa ini tidak kita tanam, kenapa ini tidak kita remajakan?” Ucap Presiden.

Komoditas lainnya yang disebut Presiden adalah mete. “Mete itu harganya juga baik. Kenapa tidak kita tanam?” Tuturnya.

Di awal sambutannya, Presiden menyampaikan rasa bahagianya dapat bertemu dengan petani dan nelayan. “Saya memang sudah nunggu-nunggu untuk datang di acara ini, supaya bisa bertemu dengan Bapak-bapak dan Ibu-ibu dan Saudara-saudara sekalian,” ucapnya.

Saat kita kecil, ucap Presiden, sering mendengar nasehat, kalau nggak ada petani yang bekerja keras kita mau makan apa? Kalau nggak ada nelayan yang bekerja keras kita mau makan ikan apa? “Makanya kita semuanya harus sayang pada petani dan sayang pada nelayan,” ujar Presiden.

*Pemerintah Targetkan Tidak Ada Impor Jagung Tahun Ini*

Presiden tidak dapat melupakan kunjungan kerjanya ke Kabupaten Magetan, Jawa Timur dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Saat itu petani marah dan berkeluh kesah kepada Presiden mengenai rendahnya harga jagung yang saat itu yang berada di kisaran Rp1.500-1.700 per kg.

 
“Pak, kita rugi besar karena harganya jatuh. Kenapa jatuh? Karena impornya besar Pak,” ucap Presiden menirukan keluhan petani.

 
Saat itu impor jagung sebanyak 3,6 juta ton. Mengetahui adanya impor sebanyak itu, Presiden memerintahkan kepada Menteri Pertanian untuk tidak ada lagi impor jagung dalam waktu lima tahun. 

Dua tahun setelah itu, pemerintah menerbikan Instruksi Presiden untuk harga jagung. “Harga yang kita tetapkan saat itu Rp2.700 per kg. Betul Pak Menteri?” Tanya Presiden.

Dengan adanya Inpres tersebut, petani bergairah untuk menanam jagung karena menguntungkan.  Kini, pada akhir 2016 impor jagung hanya tinggal 900 ribu ton dari 3,6 juta ton. 

“Ini kerja keras petani, petani jagung jagung dan harganya sudah naik. Dan kita harapkan tahun ini sudah tidak ada lagi impor lagi yang namanya jagung karena tinggal 900 ribu ton. Kalau dalam dua tahun yang 3,6 juta ton hanya jadi 900 ribu ton. Tahun ini Insya Allah kita sudah tidak impor lagi karena sudah bisa dipenuhi oleh petani-petani kita dari dalam negeri,” ucap Presiden.  

Dalam kesempatan itu, Presiden memanggil beberapa petani jagung dan kakao untuk menceritakan pengalamannya dan juga mendengarkan masukannya. Dan kepada mereka, Presiden memberikan hadiah sepeda.

Tampak mendampingi Presiden dan Ibu Iriana, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Gubernur Aceh Zaini Abdullah.(*)

Banda Aceh, 6 Mei 2017

Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden
Bey Machmudin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here