Indonesia merupakan contoh negara dengan masyarakat yang sangat majemuk dan miliki toleransi serta rasa kebersamaan. Oleh karena itu, pemuka diharapkan dapat mengingatkan masyarakat tentang nikmatnya perdamaian, kerukunan dan persatuan.
“Jangan sampai lupa tentang anugerah dari Tuhan mengenai ini. Jangan sampai kita lupa nikmatnya kerukunan, karena kita selama ini selalu rukun,” ucap Presiden Joko Widodo ketika bersilaturahmi dengan Peserta Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa di Istana Kepresidenan Bogor, Sabtu (10/2).
Jokowi meminta agar para pemuka agama selalu mengingatkan kepada masyarakat luas tentang saudara-saudara kita yang berada di beberapa negara yang sedang dilanda konflik dan juga perang saudara.
“Yang kehidupan sehari-harinya selalu dihantui oleh perang, yang peradabannya mundur sampai puluhan tahun bahkan ratusan tahun ke belakang,” tuturnya.
Jokowi juga menceritakan tentang kunjungan ke lima negara di Asia Selatan, yakni Sri Lanka, India, Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan. Di Bangladesh Presiden mengunjungi Cox’s Bazar. Lokasi pengungsi Rakhine State di Bangladesh.
“Kondisinya sangat memprihatinkan. Saya Kepala Negara pertama yang mengunjungi Cox’s Bazar. Ini adalah komitmen kita untuk kemanusiaan dan komitmen kita untuk misi kemanusiaan,” ujarnya.
Delapan hari sebelum berkunjung ke Kabul, Afghanistan, ada ledakan bom yang menewaskan 20 orang. Demikian pula saat dua hari jelang keberangkatan kembali terjadi ledakan bom yang menewaskan 103 orang.
“Bahkan dua jam sebelum saya mendarat di Kabul, sebuah akademi militer di Kabul diserang, 5 tentara tewas dan puluhan lainnya luka-luka,” kata Jokowi.
Saat tiba di Kabul, Afghanistan, Jokowi menyampai kekagetannya melihat kota yang sangat besar dan juga adanya gedung yang besar-besar.
“Tapi kehidupan sehari-harinya betul-betul tidak bisa disampaikan dalam kata-kata. Di setiap jalan ada tank, di setiap gang ada tank, di setiap tempat ada,” paparnya.
Jokowi menceritakan bahwa Istana Presiden Agr di Kabul pun sangat besar. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyampaikan bahwa istana tersebut dibangun 340 tahun yang lalu.
“Beliau menyampaikan kepada saya bahwa Afghanistan itu memiliki deposit gas dan minyak yang besar, emas terbesar di dunia. tetapi tidak bisa dikelola karena peperangan tadi,” paparnya.
Perang dan konflik betul-betul menghancurkan nilai kemanusiaan. Karena dalam kondisi seperti itu, kelompok-kelompok yang bertikai akan berusaha sekuat tenaga untuk bertahan dan menang, tanpa memperhatikan lagi nilai-nilai yang benar dan salah. Dalam situasi seperti ini sudah tidak ada lagi nilai-nilai kemanusiaan.
“Ini yang beliau (Rula Ghani) katakan, betapa yang namanya kerukunan, perdamaian, persaudaraan, nilai yang betul-betul harus dijunjung tinggi,” imbuh Jokowi.
Luka psikologis karena konflik memerlukan waktu berpuluh tahun untuk menghilangkannya. “Anak yang dilahirkan di situasi kekerasan akan melahirkan generasi yang juga penuh kekerasan baru,” tambah Jokowi.
Oleh karenanya perdamaian, kerukunan, persaudaraan dan stabilitas adalah fondasi berharga bernegara, dasar untuk memenangkan persaingan kompetisi dengan negara.
“Sekali lagi atas nama rakyat Indonesia saya menyampaikan terima kasih atas kontribusi untuk Indonesia maju, untuk yang kita cita-citakan,” pungkas Jokowi.
Sumber: www.setneg.go.id
Editor: Eko “Gajah”