Di sela kunjungan kerjanya ke sejumlah daerah di Tanah Air, Presiden Joko Widodo selalu meluangkan waktu untuk berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) yang ada di daerah tersebut. Kunjungan itu menjadi salah satu cara Kepala Negara dalam menghidupkan suasana bulan Ramadan 1438 H.
Kehadiran Presiden tentu saja membawa kebanggaan tersendiri bagi para santri. Seperti malam ini, Jumat, 16 Juni 2017, para santri Pondok Pesantren Al Asy’ariyyah menyambut kehadiran Presiden Joko Widodo beserta rombongan dengan lantunan salawat.
Tiba di pesantren pukul 19.00 WIB, Presiden disambut pimpinan pondok pesantren KH Abdurrohman Asy’ariy. Tak berapa lama, Presiden berjalan memasuki masjid untuk mengikuti salat Isya dan Tarawih bersama ribuan santri.
Usai salat berjamaah tersebut, Kepala Negara mengapresiasi sambutan hangat yang diberikan kepada dirinya saat bersilaturahmi ke Ponpes yang berlokasi di Jalan K.H. Asy’ariyyah No.9, Kalibeber, Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
“Pertama-tama saya ingin ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas sambutan yang sangat ramah kepada kami dan rombongan pada saat kami masuk tadi ke pondok,” ujar Presiden.
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat khususnya para santri untuk mensyukuri segala anugerah yang telah diberikan Allah SWT. Salah satunya adalah dengan menghargai keberagaman suku, agama, budaya, dan bahasa yang dimiliki Indonesia.
“Saya ingin ingatkan bahwa negara kita Indonesia adalah negara besar, negara besar. Kita tahu semuanya bahwa kita memiliki 17 ribu pulau, 516 kabupaten/kota, 34 provinsi, 714 suku yang beragam, serta miliki 1.100 bahasa lokal yang berbeda-beda,” ungkapnya.
Selain itu, Presiden juga mengajak masyarakat untuk ikut membantu pemerintah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Mengingat sekarang ini banyak sekali ujaran kebencian yang disampaikan masyarakat di media sosial.
“Tapi itu bukan santri-santri Ponpes. Itu yang lain. Saya tahu santri-santri di sini,” kata Presiden.
Setelahnya, Presiden menuliskan huruf “ﺏ” pada awalan kata Basmallah di Pembuataan Al-Quran Akbar.
Penulisan ini akan diteruskan oleh penulis Al-Quran Akbar yaitu Hayatuddin.
Turut mendampingi Presiden dalam acara tersebut di antaranya, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Adapun Spesifikasi Al-Qur’an Akbar tersebut diantaranya adalah memiliki ukuran panjang 200 cm x lebar 150 cm dan menggunakan kertas HVS pesanan khusus.
Tebal Al-Qur’an Akbar adalah 315 lembar atau 25 cm dan beratnya 315 kg. Lama proses penulisan selama 24 bulan (2 tahun).
Ornamer dari Al-Quran Akbar ini adalah Anas Makruf dan jenis tulisan yang digunakan Khot Naskhi untuk isi Al-Qur’an serta Khot Tsuluts untuk nama-nama surat.
Metode Penulisan Al-Quran Akbar ini dengan menggunakan alat tulis tradisional berupa bambu yang diruncingkan, dan penulis selalu dalam keadaan suci dan berpuasa.
Daya tahan Al-Qur’an Akbar ini adalah 150 tahun.(*)
Wonosobo, 16 Juni 2017
Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden
Bey Machmudin