Pemerintah Indonesia dan Swiss menyekati kerja sama dalam upaya pengembangan politeknik berbasis kejuruan yang menerapkan sistem ganda (dual system) pada proses pendidikannya. Program tersebut diberi nama Skill For Competitiveness (S4C).
“Selain meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia agar sesuai kebutuhan dunia industri saat ini, tujuannya juga untuk kesiapan kita memasuki penerapan Industry 4.0,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Peluncuran Program S4C di Jakarta, Selasa (20/3).
Airlangga menjelaskan, terdapat empat politeknik dan satu akademi komunitas milik Kementerian Perindustrian yang akan dikembangkan dalam kerja sama ini, yakni Politeknik Logam Morowali, Sulawesi Tengah, Politeknik Kayu dan Pengolahan Kayu Kendal, Jawa Tengah, Politeknik Industri Petrokimia Cilegon, Banten, serta Akademi Komunitas Industri Logam Bantaeng, Sulawesi Selatan, dan satu sekolah milik Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, yakni Politeknik Pemrosesan Ikan Jember, Jawa Timur.
“Ini merupakan salah satu kerja sama kedua negara yang prosesnya cukup cepat, karena sudah direalisasikan,” ujarnya.
Komitmen bilateral tersebut ditandai melalui penandatanganan MoU antara Menteri Perindustrian dengan Menteri Ekonomi, Pendidikan, dan Riset Swiss Johann N Schneider-Ammann di sela kegiatan World Economic Forum (WEF) 2018 di Davos, akhir Januari lalu.
Menurut Airlangga, kerja sama kedua belah pihak ini akan meliputi beberapa aktivitas seperti manajemen, kuliah dan pelatihan, penambahan kurikulum, serta penyiapan jejaring dan dukungan teknis dalam pengembangan sistem pendidikan vokasi. “Mereka berkomitmen mendanai fase pertama selama empat tahun proyek,” ujarnya.
Adapun Pemerintah Swiss akan memberikan bantuan sebesar Rp 110 miliar untuk lima politeknik vokasi di Indonesia yang sudah ditetapkan tersebut.
“Oleh sebab itu, kami menyampaikan terima kasih dan megapresiasi bantuan dan kerja sama dari Pemerintah Swiss ini, semoga kompetensi SDM Indonesia bisa unggul seperti di Swiss,” ungkap Airlangga.
Ia menyampaikan, Swiss merupakan negara yang cukup lama menerapkan sistem Dual Vocational Education and Training (D-VET). Hasilnya mereka telah membuktikan sebagai negara dengan tingkat pengangguran pekerja muda yang rendah dan mencapai produktivitas tinggi.
Berdasarkan The Global Competitiveness Index 2017-2018 Rankings, Swiss mampu menempati posisi puncak selama beberapa tahun terakhir.
Selain itu, Menteri Riset dan Pedidikan Tinggi Mohamad Nasir menyampaikan apresiasinya atas kerja sama Kemenperin RI dengan Pemerintah Swiss dalam upaya peningkatan kompetensi SDM Indonesia melalui pengembangan kualitas politeknik.
“Ini merupakan terobosan bagus dari Kemenperin, karena sejalan dengan program yang kami jalankan untuk merevitalisasi sejumlah politeknik kita, ” tuturnya.
Nasir berharap, lulusan politeknik yang akan dikembangkan bersama pemerintah Swiss ini, dapat menjawab kebutuhan tenaga terampil di dunia industri. Dengan sistem tersebut, proses pembelajaran di politeknik diharapkan bisa sesuai dengan kebutuhan industri.
“Kami juga ingin agar para pelaku industri bisa mengajar di politeknik. Jadi, kami dorong komposisi dosen politeknik menjadi 50 persen dari dunia industri,” jelasnya.
Duta Besar Konfederasi Swiss untuk Indonesia Yvonne Baumann mengatakan, melalui program ini, Swiss mendukung upaya Indonesia untuk meningkatkan keterampilan profesional untuk mengurangi tingkat pengangguran sehingga dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.
“Kerja sama vokasi Swiss dengan Indonesia sudah berjalan lama sejak tahun 1970 an di bidang teknik, pendidikan guru dan turisme,” tuturnya.
Menurutnya, pendidikan vokasi memberikan keunggulan bagi SDM. Pembangunan SDM merupakan kunci untuk mengatasi kemiskinan dan mencapai ekonomi yang lebih inovatif.
Sumber: www.kemenperin.go.id
Editor: Hendri Kurniawan