Setelah selesai memberikan kuliah umum dalam acara Dies Natalis ke-68 Universitas Gadjah Mada (UGM), Jokowi menyempatkan bersilaturahmi dengan sejumlah dosen, alumni, dan mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM.
Suasana terlihat begitu akrab. Ia mengenang saat-saat mengerjakan skripsi dengan pembimbing yang begitu galak.
“Yang pertama saya sampaikan penghargaan setinggi-tinggiya, kepada dosen pembimbing saya, Pak Kasmujo. Beliau itu, waktu membimbing saya, seingat saya galak sekali,” kata Jokowi, para tamu yang datang menyambutnya dengan tawa.
Pak Kasmujo yang turut hadir dalam acara tersebut kemudian dipanggil olehnya. Jokowi berterima kasih atas bimbingan yang telah diberikannya sambil mengenang masa-masa perkuliahan dulu.
“Saya lupa berapa kali bolak-balik (bimbingan). Begitu maju, dibentak disuruh balik. Sekarang alhamdulillah, atas bimbingan Pak Kasmujo selesai skripsi saya,” kenangnya.
Jokowi menyeritakan bahwa ia sempat bercita-cita bekerja di Perum Perhutani. Sama seperti rekan-rekan seangkatannya dulu, namun, saat itu Ia tidak berhasil diterima di sana.
“Saya mendaftar tidak diterima, diterimanya jadi Presiden,” candanya yang lagi-lagi disambut tawa.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menitipkan pesan kepada teman-temannya yang saat ini bekerja di sektor kehutanan agar mengelola dengan baik hutan di Indonesia.
“Saya satu setengah tahun lalu bertemu dengan Raja Norwegia. Beliau cerita ke saya bahwa di Norwegia kandungan tambang banyak sekali, tetapi justru yang dikembangkan adalah sektor kehutanan. Hanya dari situ mereka bisa hidup menjadi negara dengan pendapatan yang sangat tinggi,” ujarnya.
Jokowi selanjutnya mencari tahu apa yang menyebabkan mereka bisa memperoleh pendapatan yang sangat tinggi hanya dari sektor perhutanan saja.
“Saya melihat dari hulu hingga hilir dikerjakan secara detail, yang kita tidak melakukannya. Mulai dari penanaman, pemeliharaan, dan penebangan semua dikerjakan dengan manajemen yang sangat detail sekali,” ucap Presiden.
Ia kemudian menyinggung soal anggaran besar yang dimiliki oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Dari anggaran yang besar tersebut, menurutnya tidak ada yang membuahkan hasil berupa hutan jadi selain Hutan Wanagama (Yogyakarta) dan Hutan Getas-Ngandong (perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur).
“Artinya apa? Sebenarnya kita bisa. Anggaran di LHK itu besar sekali. Jika tidak kita bangun hutan-hutan itu, nanti hutan konservasi habis. Kita bisa tetapi tidak mau mengerjakan,” tuturnya.
Jokowi menyampaikan, saat berkunjung ke sejumlah wilayah Nusantara, ia menemukan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki lahan yang sangat subur. Namun, sayangnya, lahan-lahan tersebut ditelantarkan begitu saja.
“Kita harus blak-blakan, yang paling penting ke depan harus diperbaiki,” katanya.
Jokowi juga menyinggung soal program Perhutanan Sosial untuk Rakyat. Menurutnya, rakyat harus diberikan kesempatan untuk dapat mengelola lahan agar menjadi lebih produktif.
“Lahannya ada, rakyat yang menanam, dan mereka harus dikorporasikan, harus menjadi sebuah kelompok yang besar. Dari sanalah rakyat menjual ke sektor hilir seperti pabrik mebel. Cara-cara itu yang saya tangkap di negara-negara Skandinavia,” tuturnya.
Jokowi memastikan bahwa ia akan terus mengawasi urusan perhutanan ini mengingat anggaran besar yang dimiliki LHK.
“Ini akan saya kejar terus. Harus jadi barang karena triliunan dan bertahun-tahun. Artinya mulai saat ini, uang itu harus jadi,” pungkasnya. (HK)