Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, masih mempertahankan status Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria karena jumlah penderita mencapai lebih dari 300 orang tersebar di tiga kecamatan.
“Status KLB belum dicabut. Kami tunggu situasi sudah membaik dulu,” kata Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa (9/10).
Fauzan mengatakan bahwa sebagian besar penderita malaria ditemukan di Kecamatan Gunungsari, disusul Kecamatan Batulayar dan Lingsar. “Ketiga kecamatan tersebut merupakan daerah terdampak gempa bumi cukup parah,” ujarnya.
Menurut Fauzan, meskipun jumlahnya semakin banyak, kondisi warga yang terjangkit malaria relatif tidak terlalu parah. Hingga saat ini mereka masih menjalani rawat jalan.
“Semuanya tidak ada yang rawat inap hanya rawat jalan karena tingkat keakutan penyakitnya relatif ringan,” jelasnya.
Namun, Fauzan tetap memberikan perhatian serius terhadap penanganan wabah malaria. Bahkan, tindakan lebih masif terus dilakukan untuk mencegah semakin bertambahnya jumlah penderita. “Tindakan pengasapan (fogging) juga dilakukan, meskipun tidak terlalu berpengaruh terhadap penyebaran malaria karena hanya membunuh nyamuk demam berdarah,” tuturnya.
Fauzan menegaskan bahwa upaya tersebut sengaja dilakukan untuk membantu psikologis masyarakat di tiga kecamatan yang terjangkit wabah malaria. “Upaya pencegahan paling efektif adalah menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan kelambu antimalaria. Jumlah kelambu yang disebar memang belum cukup meskipun Palang Merah Indonesia sudah membantu,” tandasnya.
Sementara itu, Fauzan menambahkan, Dinas Kesehatan Lombok Barat terus melakukan upaya deteksi dini dengan memeriksa darah warga menggunakan alat pendeteksi khusus. Namun, sejauh ini belum ada laporan dari luar tiga kecamatan yang terjangkit malaria, yakni Gunungsari, Batulayar, dan Lingsar.
Sumber: https://jpp.go.id
Editor: Rahmawati Alfiyah