Masyarakat di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua kini bisa menikmati penerangan di malam hari berkat bantuan 601 unit lampu sehen (lampu surya) dari PT PLN (Persero) Wilayah Papua dan dan Papua Barat (WP2B) bagi 4 distrik di Asmat, dengan rincian Distrik Pulau Toga 200 unit, Sawaerma 150 unit, Joerat 101 unit dan Agats 150 unit.
“Kami baru saja memasang secara langsung lampu surya atau sehen di salah satu rumah warga tidak mampu yang masih belum terjangkau jaringan listrik,” ujar General Manager PLN WP2B Yohanes Sukrislismono di Distrik Agats, Asmat, Papua, Kamis (8/2).
Bantuan lampu surya dari PLN ini juga merupakan salah satu bentuk kepedulian dalam menghadapi KLB yang terjadi, agar para perawat dan masyarakat dapat maksimal bekerja menangani kasus campak, gizi buruk dan malaria di Asmat.
Sebelumnya, warga Asmat menggunakan pelita dan lilin sebagai penerangan, sama seperti warga Waengapan (Maluku), Sori Tatanga (NTB) dan beberapa daerah lain yang dulunya tidak memiliki penerangan di malam hari.
Adanya 601 Lampu Surya senilai kurang lebih Rp 780 juta ini menjadikan Asmat punya 3 titik penerangan bertenaga matahari. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu lagi menggunakan pelita sebagai penerangan di rumah.
Meki Mbait selaku Ketua RT Kampung Mbait menyatakan bahwa masyarakat menyambut baik upaya Pemerintah dalam menerangi desa yang belum berlistrik. Terlebih, selama ini mereka hanya mendapat penerangan secara terbatas.
“Terima kasih kepada Pemerintah Pusat dan PLN yang telah memberikan penerangan kepada masyarakat di Asmat. Selama ini kami hanya menggunakan pelita, itu pun kalau ada bensin. Kalau tidak ada, kami menggunakan lilin”, jelasnya.
Berdasarkan data Ditjen Gatrik KESDM (2017), masih terdapat 58 desa belum berlistrik di Kabupaten Asmat. 40 desa diantaranya akan dialiri listrik PLN dan 18 desa belum berlistrik sisanya menjadi target program pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Kementerian ESDM sebagai program pra elektrifikasi.
LTSHE akan segera meluncur ke Kabupaten Asmat untuk 922 rumah (1.179 KK) pada 14 desa, yang merupakan pembiayaan APBN tahun 2017.
Kabupaten Asmat terletak di daerah pesisir Selatan Papua dengan luas wilayah 29.658 km2 yang dikelilingi rawa, hutan manggrove dan aliran sungai di berbagai sisinya. Asmat dibangun di atas papan-papan yang ditata rapih. Antar satu rumah dengan rumah lainnya dihubungkan oleh jalan papan sekitar 1,5 hingga 2 meter, cukup kokoh untuk dilewati kendaraan roda dua. Berangsur-angsur, jalan papan itu kini dibangun menjadi jalan beton.
Akses menuju Asmat sangat terbatas dan sulit dijangkau. Pesawat udara hanya menjangkau hingga bandara Timika (Ibukota Kabupaten Mimika).
Dari Timika, hanya ada dua pilihan menuju Agats, ibukota kabupaten Asmat, yaitu melalui jalur udara atau laut. Jalur laut ditempuh dengan waktu 8 hingga 9 jam, sementara perjalanan udara ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit dengan pesawat kecil jenis TwinOtter dan Caravan yang berkapasitas 8-10 orang menuju Bandara Ewer.
Dari sana, perjalanan dilanjutkan lagi dengan perahu/boat menuju Agats. Perjalanan menyusuri rawa dan sungai itu membutuhkan waktu sekitar 30 menit menggunakan boat.
Sumber: www.esdm.go.id
Editor: Hendri Kurniawan