Peningkatan rasio elektrifikasi menjadi salah satu target utama Pemerintah menjalankan program sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2018. Bahkan Menteri ESDM Ignasius Jonan meyakini akhir tahun nanti rasio elektrifikasi akan melebihi dari target 95,15%.
“Rasio elektrifikasi kita itu mencapai 94,91% akhir 2017 dari target 92,75%. Target tahun ini 95,15%. Saya yakin tahun ini melebihi, minimal 97,50%. Dengan begitu saya mau (rasio elektrifikasi) 99,99% pada akhir 2019,” jelas Jonan.
Guna mencapai angka tersebut, Jonan terus berupaya menambah pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) baik off grid dan on grid serta penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE).
“Banyak bangun pembangkit listrik EBT yang independen (off grid). ‘Kan banyak di daerah-daerah Timur,” katanya.
Jonan mengutarakan Pemerintah akan menugaskan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam membangun pembangkit listrik EBT off grid. Pengalihan penugasan ini dimaksudkan supaya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian ESDM bisa dimanfaatkan untuk program-program lain yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, seperti Penerangan Jalan Umum (PJU).
Di samping pembangkit EBT off grid, Pemerintah juga gencar menggenjot pembangkit on grid. Salah satu pembangkit EBT on grid yang segera beroperasi adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap I. Bahkan, pembangkit dengan kapasitas 75 MW dari 30 turbin ini rencananya akan segera diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Januari 2018 ini.
Cara lain yang diusung Jonan adalah pembagian Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) di daerah 3 T (tertinggal, terdepan dan terluar). “Tahun lalu hampir seribu desa dipasang. Tahun ini akan ada sekitar 1.500 desa yang dibagikan LTSHE,” urai Jonan.
Dua program tersebut akan menjadi prioritas Jonan dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional di samping tetap menjalankan program-program normal, seperti listrik perdesaan dan 35.000 MW. (EA)