KABAR RADIO GANJAR – T
Tokoh aktivis perlindungan anak buah kapal (ABK) dan pekerja migran Indonesia (PMI) yang saat ini tinggal di Manila, Ansensius Guntur, berharap Ganjar Pranowo dapat membuat kebijakan yang tepat agar terciptanya migrasi yang aman bagi para ABK dan PMI yang bekerja di luar negeri ketika terpilih menjadi presiden nanti.
Pria yang kerap disapa Yance ini menilai, rendanhnya tingkat pendidikan para ABK dan PMI serta pembekalan yang kurang matang, menjadi permasalahan yang cukup serius bagi keamanan mereka.
“Banyak dari mereka (ABK dan PMI) yang takut untuk melindungi dan menyuarakan hak mereka. Saat mereka ada pelatihan, mereka diberikan pesan untuk taat kepada majikan. Inilah yang membuat mereka banyak yang bekerja diluar kontrak yang semestinya, karena mereka takut akan kehilangan pekerjaan jika tidak taat kepada majikan,” jelas Yance pada program Diaspora Bicara di Radio Ganjar, Rabu (27/09/2023).
Dalam acara yang dimoderatori Poempida Hidayatulloh itu, Yance mengungkapkan bahwa tidak sedikit dari ABK dan PMI yang akhirnya baru berani meminta bantuan karena sudah tidak tahan atas perlakuan majikannya.
“Misalnya, ada yang sudah tahu dari awal bahwa kontraknya hanya untuk bekerja mengurus orang tua. Tapi kenyataan di lapangan, dia ternyata harus mengurus 12 anak. Akhirnya dia drop dan harus dirawat di rumah sakit. Ini yang harus dibenahi. Mereka ini harus diberikan pembekalan yang matang sebelum berangkat bekerja ke luar negeri,” kata Yance.
Maka dari itu, pria yang pernah menjadi Direktur Stella Maris International Migrants Service Center Kaohsiung Taiwan ini berharap adanya kebijakan-kebijakan yang tepat, sehingga para ABK dan PMI mendapatkan perlindungan dan dapat bekerja dengan aman. Selain itu, sosialisasi juga harus digencarkan agar para perekrut dan calon pekerja bisa berhati-hati dalam mengambil sikap.
Yance menuturkan, sosok Ganjar Pranowo yang aktif di media sosial membuat ia dikenal banyak ABK dan PMI di luar negeri. Bahkan, Yance sendiri juga mengenal sosok Ganjar dari media sosial. Yance menilai, keaktifan Ganjar di media sosial merupakan hal yang positif. Selain bisa digunakan para ABK dan PMI untuk mengadu, hal tersebut juga bisa menjadi penentu arah kebijakan yang diambil Ganjar dalam melindungi mereka.
“Kebanyakan teman-teman itu melakukan pengaduan lewat media sosial. Ganjar juga sangat kuat di media sosial dan sering merespon berbagai aduan di media sosialnya. Dia bisa tahu keluhan teman-teman di luar negeri, kemudian dia beserta tim bisa melakukan studi khusus terkait bagaimana mewujudkan migrasi yang aman,” tutur Yance.
Menurut Yance, saat ini isu terkait perlindungan ABK dan PMI belum menjadi isu yang menarik untuk dibahas. Maka dari itu, jika Ganjar mengangkat isu ini di media sosialnya, akan banyak orang yang membahas terkait perlindungan pekerja migran dan akan berpengaruh pada kebijakan yang tepat.
“Banyak orang yang belum peduli terkait perlindungan ABK dan PMI, jadi tidak banyak yang mengangkat isu ini. Kalau Ganjar yang angkat, banyak orang yang akhirnya tertarik untuk membahas isu ini. Hal ini harus dipublikasikan sebesar-besarnya supaya orang tahu, kemudian berpikir dan berdiskusi kira-kira solusi apa yang terbaik bagi perlindungan pekerja migran,” pungkas Yance.
Untuk diketahui, Ganjar Pranowo memang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap para pekerja migran. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah ketika puluhan warga negara Indonesia diduga menjadi korban penyekapan di Kamboja pada tahun 2022 lalu.
Mereka mengaku sudah membuat laporan selama tiga minggu, namun tidak ada respon. Maka dari itu mereka langsung berinsiatif untuk mengadu kepada Ganjar Pranowo melalui medsos. Alhasil, Ganjar yang memang aktif di media sosial langsung bergerak cepat untuk menanggapi aduan para pekerja migran tersebut.
Ganjar yang saat itu masih menjadi Gubernur Jawa Tengah langsung memerintahkan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Jateng untuk proaktif dan mengecek langsung kondisi para WNI. Ia juga melakukan koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) setempat, untuk menghubungkan dengan perusahaan terkait.
Hingga pada akhirnya, pada tanggal 30 Juli 2022, para korban berhasil dibebaskan. Mereka pun mengucapkan terima kasih kepada Ganjar Pranowo karena telah menanggapi aduan mereka dan memberikan respon yang cepat.***