Melalui sejumlah langkah yang berdasarkan amanat Perpres 55/2018 tentang Rencana Induk Transportasi, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) optimistis pada 2029 kondisi lalu lintas di Jabodetabek sama dengan Singapura.
“Kita sudah mulai bicara sistem terintegrasi. Tapi tidak cukup itu saja. Diperlukan juga integrasi nonfisik, berupa pelayanan transportasi. Yakni, bagaimana mendekatkan angkutan umum ke masyarakat, biar perpindah. Baik pelayanan terkait sistem pembayaran, sistem informasi IT, bahkan sudah bisa booking seat,” kata Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kemenhub Bambang Prihartono dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 yang bertema “Integrasi Tol dan Pelayanan Transportasi Publik” di Ruang Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, pada Rabu (26/9).
Bambang mengingatkan, penduduk Jabodetabek luar biasa banyak. Bahkan, lebih besar dari sejumlah negara di dunia. Maka dari itu, jika tidak dilakukan integrasi fisik dan nonfisik, maka pada 2029 kondisi semua jalan di Jakarta akan berada dalam kondisi sarat kemacetan.
“Ketika itu, keluar rumah pun warga akan langsung bertemu dengan truk tidak bisa bergerak, akibat terkena kemacetan,” katanya
Bambang menegaskan, menjadi tugas BPJT bersama dengan sejumlah pihak terkait, untuk mencari solusi. Di antaranya, dengan mengintergrasikan sistem semua model angkutan massal di Jabodetabek.
“Dengan upaya itulah, 2019 diharapkan bahwa kondisi jalanan lebih lancar. Dan pada 2029, kemacetan relatif tidak ditemui, sudah biru semua. Bahkan keadaan lalu lintas di Jabodetabek ketika itu bisa sama dengan keadaan lalu lintas di Singapura saat ini,” tuturnya.
Dari sejumlah program yang ada, Bambang mengungkapkan, tahun ini pihaknya akan memfokuskan pada angkutan penumpang. “Pada 2019 ini kami menargetkan sebanyak mungkin untuk menghadirkan bis ke permukiman. Sekarang sudah 500 unit, target sebenarnya 1000 bis,” tuturnya.
Terkait komuter, Bambang mengatakan, kini sudah bisa mengangkut sebanyak 1 juta penumpang per hari. Dan pada 2019, diharapkan mampu mengangkut 2 juta penumpang per hari. “Selain situ, kami memberlakukan kebijakan push untuk atur rekayasa lalu lintas,” pungkasnya.
Reporter: Rahmawati Alfiyah