foto : Ilustrasi Cangkul Pak Tani
Jaman, Nasional (31/10) – Isu impor Cangkul sangat pas jadi momentum untuk memperkaya lagi perhatian kita pada industri kecil dalam negeri yang selama ini dianggap remeh oleh negara. Pemerintah tampak belum memikirkan penguatan industri produk metal tradisional yang mestinya bisa menjadi salah satu kekuatan industri nasional sebagai wujud konkret Nawacita.
“Fenomena impor Cangkul ini mengkritik gerakan Nawacita, tapi di lapangan prakteknya masih jauh dari harapan”, Demikain disampaikan oleh Ketua I DPP Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN) Eko Nugroho.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari JAMAN di DPD (Propinsi), DPK (kota/kabupaten) & DPKc (Kecamatan) berikut contoh beberapa pengrajin pandai besi seperti Pacul, Arit, Golok, Mata Bajak, Pisau Dapur, Ani-ani dan lain lain Masyarakat Koripan, Delanggu Kabupaten Klaten, Masyarakat Desa Gunung Lemah Magelang, Masyarakat Daerah Talang Tegal, Masyarakat Parigi Ciseng Parung Bogor, Masyarakat Cibatu dan Ciomas Banten, Masyarakat Tanggamus Lampung, Sungai Pua Kabupaten Agam Sumatera Barat, Masyarakat di NTT dan NTB dan masyarakat di hampir seluruh daerah di Indonesia yang telah bertahun-tahun berprofesi sebagai pengrajin pandai besi.
Hal inilah yang menggugah dan perlu disikapi serius,melalui Iwan Dwi Laksono, Ketua Umum JAMAN mengusulkan kepada Bapak Presiden untuk :
- Memerintahkan kepada Menteri Perdagangan dan menunjuk PT PPI supaya membeli hasil produksi pengrajin dan pandai besi seluruh nusantara guna kebutuhan alat pertanian seperti pacul , arit, golok dan lain-lain untuk didistribusikan ke para petani seluruh nusantara.
- Memerintahkan kepada Menteri Perindustrian untuk membangun industri pertanian yang berbasis di masyarakat desa dengan konsep yg dimulai dari keunggulannya.
- Mengevaluasi Menteri Pertanian disebabkan abai terhadap alat produksi pertanian.
“Apabila pemerintah Jokowi memberikan perhatian kepada pengrajin dengan dikoordinasikan, diberi insentif, kemudahan kredit dan lain-lain, maka bukan tidak mungkin kebutuhan alat-alat produksi pertanian akan bisa disupport dari dalam negeri dengan kualitas nomer 1 dan harga yang bersaing. Sehingga selain bisa untuk kebutuhan dalam negeri juga bisa diarahkan untuk ekspor yang pastinya menambah devisa negara.”, Ujar Cak IDL.
Menurut Iwan Dwi Laksono, Salah satu pelaksanaan Nawacita adalah mendorong produksi dalam negeri yang menggunakan kekuatan produksi rakyat. Ini adalah salah satu contoh konsep bagaimana membangun kemandirian itu dengan mendorong setiap hasil produksi yg dikelola rakyat langsung.
Contoh nya salah satu pengrajin doran Cangkul dari desa Jinggotan kecamatan Kembang, Jepara, Jawa Tengah. Mbah Nur Kholis (70 th, nampak dalam insert foto sebelah) warga RT 02 RW 04 dukuh Segembul, telah berprofesi sebagai pengrajin doran sejak 1970-an. Bahkan tak hanya Doran Pacul saja yang dia buat, tapi juga alat-alat pertanian lainnya, seperti alat pembajak sawah (luku dan garu).
Untuk membuat sebuah doran hingga memasangnya beliau memberi tarif dua puluh ribu. Sedangkan doran lengkap dengan paculnya beliau hargai sekitar 120 ribu.
sumber : http://sekarkampoeng.blogspot.co.id/2012/11/cangkul-mbah-nur.html
Sedangkan Novi Yansah sekretaris DPK Jaman Kabupaten Musirawas juga menyampaikan bahwa ada banyak empu-empu di nusantara yang sangat mumpuni dalam menempah besi sebagai alat senjata bagi para petani.
” Ada Malik si empu dari Ogan Sumatera Selatan, Samsul si empu dari Donggala, Slamet si empu dari Magelang dan si Paulus si empu dari NTT serta semua empu-empu yang lain di Nusantara mampu menyambut tantangan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan alat dasar pertanian”, Pungkasnya.