Indonesia merupakan negara yang memiliki kerawanan bencana geologi sangat tinggi. Hal itu lantaran posisi Indonesia yang berada di atas pertemuan lempeng-lempeng tektonik aktif yakni lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik.
Akibatnya, Indonesia berada di atas jalur gempa dengan patahan-patahan yang menyebabkan gempa. Negeri kita ini juga memiliki banyak gunung berapi. Jumlahnya sekitar 140 gunung yang aktif.
Iklim tropis juga menyebabkan banyak tanah yang tidak stabil. Banyak tanah yang rusak. Iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi memudahkan terjadinya pelapukan dan bencana tanah longsor.
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat dalam kurun Januari hingga Februari 2018 telah terjadi kejadian gempa bumi sebanyak 434 kali, dengan nilai kerusakan sebanyak 2.858 rumah/bangunan rusak dan korban jiwa sebanyak 1 jiwa meninggal dunia.
“Kejadian bencana geologi periode Januari hingga Februari 2018, terjadi gempa bumi sebanyak 434 kejadian gempa bumi dengan perincian, 381 kejadian dengan MMI (Modified Mercally Intensity) 4,0 – 4,9, 48 kejadian MMI antara 5,0 – 5,9, 4 kejadian MMI 6,0 – 6,9, 1 kejadian MMI lebih dari 7,0 dan 3 kejadian gempa bumi merusak, satu di Lebak-Banten, dua di Pidie-Aceh, dan ketiga di Bovendigoel-Papua,” ujar Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar di Kantor Kementerian ESDM, Senin (5/3).
Rudy menyampaikan, terkait aktivitas gunung api, saat ini terdapat 69 gunung api yang diamati secara intensif. Terdapat 4 gunung api yang dalam periode dua bulan ini yang mengalami erupsi yakni Gunung Sinabung (Sumatera Utara) terekam sebanyak 126 kali, Gunung Agung (Bali) terekam 15 kali, Gunung Dukono (Maluku Utara)terekam 144 kali dan Gunung Ibu (Maluku Utara) terekam 2629 kali.
“Akibat peningkatan aktifitas vulkanik ini, 56.207 jiwa mengungsi,” lanjut Rudy.
Rudi menjelaskan, untuk gerakan tanah, selama dua bulan terakhir telah terjadi 252 kejadian. Terdapat 84 titik gerakan tanah/longsor di 25 kabupaten/kota. Sebanyak 555 rumah/bangunan rusak dengan korban jiwa sebanyak 54 jiwa meninggal dunia dan 4.512 Jiwa mengungsi.
“Badan Geologi telah memberangkatkan Tim Tanggap Darurat Badan Geologi – KESDM di lokasi-lokasi bencana geologi untuk melakukan tanggap darurat, penyelidikan, pemeriksaan lahan, relokasi, memberikan rekomendasi, dan sosialisasi kepada masyarakat,” ujarnya.
Rudi mengharapkan peran pemerintah daerah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat akan potensi bencana geologi di wilayahnya masing-masing, dengan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap bencana geologi dalam hal ini gerakan tanah atau longsor.
“Melalui kesadaran dan kewaspadaan ini diharapkan dapat mengurangi terjadinya korban jiwa karena bencana geologi, mengingat manusia tidak dapat berseberangan dengan kondisi alam, dengan kata lain harus menyelaraskan diri dengan alam,” pungkas Rudy.
Sumber: www.esdm.go.id
Editor: Hendri Kurniawan