Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar, menyampaikan bahwa setelah hampir 24 jam aktifitas vulkanik Gunung Agung mengalami peningkatan letusan hembusan, sejak empat jam terakhir frekuensi dan amplitudi letusan Gunung Agung telah menurun drastis.
Berkaitan dengan itu, Rudy meminta masyarakat untuk tetap tenang karena letusan hembusan yang terjadi tidak serta merta meningkatkan status Gunung Agung tersebut.
“Pada tanggal 27 Juni 2018, pukul 22:00 WITA terjadi erupsi pertama yang membuka rekahan didasar kawah menjadi lebih besar, rekahan tersebut menjadi jalan terjadinya erupsi secara menerus, hingga pukul 12:00 WITA esok harinya. Namun sejak pukul 1 dini hari tadi frekuensi dan erupsi Gunung Agung sudah menurun drastis,”ujarnya.
Rudy menuturkan intensitas emisi abu teramati mengalami penurunan. Hal itu ditunjukkan dengan warna asap yang dominan berwarna putih. “Penurunan intensitas emisi abu mengindikasikan bahwa sistem telah terbuka. Hembusan asap putih yang masih teramati saat ini berasal dari aktivitas efusi lava,” tuturnya.
Fenomena emisi gas dan abu yang terjadi secara menerus dari kemarin hingga saat ini, menurut Rudy, hal itu merupakan bagian dari erupsi yang terjadi secara efusif yaitu berupa aliran lava segar ke dalam kawah (pertumbuhan kubah lava).
“Laju penambahan volume lava belum dapat diketahui dan masih menunggu informasi dari citra satelit,” tandasnya.
Rudy menjelaskan, berdasarkan analisis data secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini aktivitas Gunung Agung masih berada dalam Level 3 (Siaga).
Ia juga meminta masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas di Zona Perkiraan Bahaya di seluruh area di dalam radius 4 km dri Kawah Puncak G. Agung.
“Masyarakat/wisatawan di sekitar Gunung Agung juga dihimbau agar senantiasa menyiapkan masker pelindung untuk mengindari potensi ancaman bahaya abu vulkanik bagi kesehatan,” tukas Rudy.
Rudy berharap masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.
“Masyarakat agar tetap tenang namun tetap menjaga kesiapsiagaan karena aktivitas Gunung Agung belum kembali normal,” tegasnya.
Untuk diketahui, Badan Geologi melalu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan terus memonitor aktivitas Gunung Agung untuk mengevaluasi potensi ancaman bahaya erupsi antar waktu.
Jika terjadi perubahan yang signifikan maka status aktivitas Gunung Agung atau pun rekomendasinya dapat dievaluasi kembali.
Sumber: www.esdm.go.id
Editor: Catur Apriliana