Presiden Joko Widodo menghadiri Pembukaan Pendidikan Kader Ulama (PKU) XII, di Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/8). Dalam sambutannya, Ia sempat menyinggung terkait isu tenaga kerja dari China.
Menurut Presiden, dirinya mendengar kabar bahwa terdapat setidaknya 10 juta tenaga kerja yang berasal dari China. Ia membantah hal itu, karena yang ada sebenarnya hanya 23.000. Bahkan, itu puntidak kerja terus-menerus.
“Itu masang turbin, masang smelter. Saya cek kok. Itu memang kita belum siap melakukan itu, sehingga mereka harus di sini 3 bulan-6 bulan untuk memasang ini,” terangnya.
Presiden mencoba membandingkan tenaga kerja Indonesia yang bekerja saat ini berjumlah 80.000 orang, Malaysia 1,2 juta orang. “Malaysia diam saja. Itu yang legal 1,2, yang ilegal mungkin hampir 2 juta,” jelasnya.
Saat menerima kunjungan PM Mahathir Mohammad, Presiden Jokowi mengaku masalah tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal di Malaysia sempat disinggung.
“Saya ngomong apa adanya. Ya itulah sudah terjadi bertahun-tahun, dan saya minta kepada Mahathir ada perlindungan, legalisasi, ada proteksi sehingga semuanya menjadi gamblang,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Presiden, tenaga kerja Indonesia yang ada di Arab Saudi yang legal berjumlah 500 ribu orang. “Coba dilihat tenaga kerja asing yang ada di Indonesia dibandingkan dengan penduduk itu hanya 0,03%. Satu persen saja enggak ada. Harus angka-angka yang kita sampaikan supaya isu tidak kemana-mana 0,03%. Satu persen saja enggak ada,” tegasnya.
Ia juga membandingkan dengan tenaga kerja asing yang berada di Uni Emirat Arab. Di negara tersebut, tenaga kerja asing sekira 80 persen.
“Mereka senang-senang saja tidak ada masalah. Demikian juga di Arab Saudi 33% itu adalah tenaga kerja asing, sementara di Indonesia satu persen saja tidak ada,” tandas Presiden.
Presiden menegaskan bahwa pemerintah berupaya mendatangkan investasi, karena salah satu tujuannya adalah untuk membuka lapangan pekerjaan sebesar-besarnya untuk rakyat. “Bukan untuk yang lain,” tukasnya.
Sumber: http://setkab.go.id
Editor: Eko “Gajah”