Jaman, Nasional (20/5) – Munculnya aksi serentak di beberapa kota yang dilakukan oleh kebanyakan kelas menengah Indonesia yang cenderung diam (silent mayority), telah mendorong energi positif dalam mewujudkan kebangkitan nasional. Hal itu ditujukan untuk menegakkan kembali Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika demi tercapainya kemandirian nasional.
Ketua Umum Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN) Iwan Dwi Laksono menilai bahwa kebangkitan nasional saat ini harus dilakukan dengan mewujudkan nawacita, kemandirian pangan, kemandirian energi, dan kemandirian maritim.
“Era saat ini, kebangkitan nasional harus diisi untuk mewujudkan nawacita dan trilogi kemandirian,” kata Iwan.
Menurutnya, perjalanan panjang kebangkitan nasional, bahkan perjuangannya sudah dilakukan sebelum masa kemerdekaan, harus diisi dengan perjuangan mengembalikan semangat kebangkitan nasional yang telah lama hilang.
“109 tahun perjalanan kebangkitan nasional harus diisi dengan mengembalikan semangat itu kembali,” tambahnya.
Iwan menjelaskan bahwa pentingnya mengembalikan semangat kebangkitan nasional tersebut lantaran tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia ke depan semakin besar.
Tantangan tersebut adalah imperialisme dan seluruh agen serta kompradornya yang berkepentingan untuk menguasai Indonesia.
“Tantangan saat ini ialah imperialisme dan kompradornya baik yang tampak maupun tidak,” katanya.
Iwan memaparkan, praktek kolonialisme belum menghilang dari bumi Indonesia. Unsur-unsur pokok kehidupan masyarakat Indonesia seperti sumber daya pangan, energi, dan maritim hingga hari ini masih dikuasai oleh modal asing.
“Kolonialisme masih tertancap di bumi Indonesia, modal asing kuasai unsur pokok kehidupan rakyat,” paparnya.
Karena itulah, sambung Iwan, semangat kebangkitan nasional masih sangat relevan untuk dikobarkan kembali saat ini, terutama sekali saat perjuangan hebat melawan neoliberalisme dan imperialisme.
“Semangat kebangkitan nasional masih relevan dikobarkan untuk melawan imperialisme,” tutupnya.(red)
