Home Nasional Kemenag Mulai Petakan Riset Kolaboratif Saintek

Kemenag Mulai Petakan Riset Kolaboratif Saintek

140
0
SHARE

Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama mulai melakukan pemetaan kebutuhan riset kolaboratif bidang sains dan teknologi dengan menggandeng Atase Pendidikan Perancis.

Direktur Diktis Arskal Salim mengatakan bahwa pemetaan tersebut mulai dilakukan karena rencananya pelaksanaan program tersebut akan mulai dilakukan pada 2019 mendatang. Sehingga, tahun ini diperlukan beberapa langkah persiapan.

Pertemuan ini telah memunculkan beberapa rencana program tindak lanjut, di antaranya: Short Course untuk calon guru besar, penelitian kolaboratif internasional, dan studi lanjut S-3 melalui Program 5000 Doktor.

“Program ini, baik penelitian maupun beasiswa studi lanjut di bidang sains dan teknologi, sebaiknya bersifat afirmasi. Kedutaan Perancis akan memberikan banyak kesempatan, termasuk untuk kursus bahasa yang dipercukupkan dengan pencapaian kompetensi bahasa di level A2 saja,” terang Arskal, Senin (05/01)

Penyesuaian standar dimaksudkan agar banyak warga Indonesia yang dapat mengakses program ini sehingga berkesempatan belajar di Perancis.

“Bahkan, saya juga berharap lulusan pesantren dapat mengaksesnya,” ujar Arskal.

Atase pendidikan bidang kerjasama Sains dan Teknologi Perancis di Indonesia Nicholas Gascoin mengapresiasi  langkah cepat Diktis dalam implementasi program kerjasama ini. Dia berharap awal tahun ini sudah teridentifikasi peta kebutuhan penelitian di bidang sain dan teknologi.

Menurutnya, selain dosen fakultas sain dan teknologi, dosen prodi social science juga dapat mengakses program bantuan ini.

Namun demikian, dalam rangka menjawab kebutuhan guru besar di bidang sain dan teknologi, maka peserta short courses sudah harus  mempunyai naskah hasil penelitian yang akan dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi.

Nicholas menghimbau agar peserta program kemitraan tersebut merupakan mahasiswa yang sedang atau sudah menempuh pendidikan program Doktor.

“Hal itu akan mempermudah pelaksanaan kemitraan riset,” tandasnya.

Dalam pengalaman di negaranya, penggerak riset adalah para mahasiswa dan dosen yang telah menempuh jenjang Program Ph.D. Apalagi, kebanyakan jurnal dan publikasi pada Universitas di Perancis juga sudah terindeks di Thompson.

Perwakilan Perancis Indonesia Syarah H. Sriyani menyampaikan ekspektasi pihak pengelola program kemitraan ini cukup tinggi sehingga persiapannya harus matang.

“Jika memungkinkan, dalam program short course, peserta dapat menghasilan dua artikel untuk publikasi pada jurnal internasional,” ucapnya.

Kasubdit Penelitian Suwendi berharap pemetaan kebutuhan bisa dirumuskan dengan baik sehingga kemitraan ini dapat mempercepat penambahan jumlah professor pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.

 

Sumber: https://kemenag.go.id/

Editor: Rahmawati Alfiyah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here