Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengungkapkan bahwa saat ini yang lebih urgen ialah membangun kilang minyak dibandingkan membuka opsi impor. Hal itu lantaran, kilang minyak dapat menjadi salah satu faktor ketahanan energi nasional.
“Kita mulai dari apa Ketahanan Energi itu? Kilang. Kilang ini bisnis ‘blue ocean‘ bukan ‘red ocean’, kita tidak mengganggu negara lain karena marketnya kita sendiri, 250 juta jiwa dengan kebutuhan (minyak olahan) sekitar 1,7 juta barel per hari. Kita bikin kilangnya, kita tidak mengganggu karena untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri dalam rangka energy security,” papar Arcandra saat menjadi pembicara utama pada acara Ngopi Bareng Tokoh bertema “Kedaulatan Energi Memasuki Indonesia Emas 2045”, di Jakarta, Minggu (25/3).
Arcandra menjelaskan, kapasitas kilang nasional saat ini sekitar 1 juta barel per hari (bph), dimana setiap harinya mampu mengolah minyak mentah sekitar 800.000 bph. Sementara, produksi minyak mentah nasional ada di kisaran 800.000 bph, 400.000 bph diantaranya adalah hak pemerintah.
“Kalau kita lihat produksi (minyak mentah) kita 800.000 bph, yang benar-benar menjadi hak pemerintah hanya sekitar 400.000 (bph), sisanya hak KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) yang bisa dijual kemana saja (ekspor). Sehingga untuk pengolahan di kilang kita masih butuh 400.000 (bph) lagi dari impor,” jelasnya.
Dengan kebutuhan 1,6 hingga 1,7 juta bph produk minyak olahan per harinya, Indonesia masih masih kurang sekitar 900.000 bph. “Perbedaan antara kalau kita impor (produk olahan) dengan produk kilang (sendiri) ini mencapai 5%. Kalau dihitung dari harga produk RON 92 di kisaran USD 72-74 per barel, maka spread-nya sekitar USD 3,5 per barel, sehari kira-kira USD 3 juta, atau sekitar USD 1 miliar setahun. Jadi, kalau mau bikin kilang atau impor, ya (pilih) kilang,” ungkap Arcandra.
Menurut Arcandra, Pemerintah melalui Kementerian ESDM saat ini memiliki komitmen dalam pembangunan kilang ini.
“Pemerintah sekarang komit sekali. Kita kerjakan RDMP (Refinery Development Master Plan) yaitu meremajakan kilang-kilang eksisting (agar kapasitas meningkat), di Cilacap, Balongan, Balikpapan, dan Dumai. Kita juga bangun 2 kilang baru di Tuban dan Bontang,” tandasnya.
Berbicara tentang ketahanan energi ini, memang membutuhkan pemikiran bersama dan kesadaran untuk mengakui bahwa Indonesia memiliki permasalahan untuk diselesaikan bersama-sama.
“Kita harus bisa mendefinisikan problem statement. Lalu kita cari penyelesaianannya bersama-sama. Itu yang menjadi tugas bapak-bapak semua yang hadir di sini,” pungkas Arcandra.
Sumber: www.esdm.go.id
Editor: Hendri Kurniawan