Home Nasional Masuk BRICS, Bagaimana Peluang dan Tantangan Kebijakan Pangan Indonesia ?

Masuk BRICS, Bagaimana Peluang dan Tantangan Kebijakan Pangan Indonesia ?

85
0
SHARE

Penulis : Fuad Kurniawan, Pengurus Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN)

Jamaninfo.com, Opini – Indonesia telah resmi bergabung menjadi anggota BRICS, sebuah kelompok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Bergabungnya Indonesia diumumkan pada tanggal 6 Januari 2025, menjadikannya negara kesepuluh yang bergabung dengan kelompok tersebut. BRICS sendiri adalah kelompok ekonomi negara-negara besar yang berperan penting dalam perekonomian global.

Aliasi BRICS yang berusia hampir 15 tahun, diawali oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan untuk kemudian meluas hingga mencakup negara-negara kelas menengah seperti Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab pada awal tahun 2024.

Salah satu daya tarik utama BRICS bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah mekanismenya yang menawarkan alternatif untuk mencapai pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. BRICS menekankan pada kesetaraan dan keadilan dalam tata kelola global. Negara-negara anggota BRICS berupaya untuk memperkuat posisi mereka dalam sistem internasional yang lebih adil dan representatif.

Tantangan Mewujudkan Kedaulatan Pangan Indonesia

Presiden Prabowo Subianto dalam pidato kenegaranya menyebutkan kedepan Indonesia tidak boleh menjadi negara yang hanya mengekspor bahan mentah bagi negara – negara lain termasuk sumber daya alam, hasil pertanian, perikanan dan lainya. Hal ini mengisyaratkan untuk terjadinya hilirisasi dalam meningkatkan nilai tambah dalam setiap hasil alam Indonesia salah satunya di sektor pertanian.

Disisi lain kita juga menghadapi berbagai problem dalam mendukung kebijakan kedaulatan pangan ini seperti  Perubahan iklim yang dapat mempengaruhi produksi pertanian dan mengganggu pasokan pangan., Harga hasil pertanian seringkali tidak stabil dan cenderung rendah, sehingga merugikan petani. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya informasi pasar, persaingan dengan produk impor, dan praktik tengkulak.Infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan, dan penyimpanan masih belum memadai. Hal ini menghambat produksi, distribusi, dan pemasaran hasil pertanian.

Potensi Sektor Pangan ketika masuk BRICS  

Ada beberapa potensi implikasi sektor pangaan ketika Indonesia bergabung didalam BRICS
Pertama, peningkatan kerja dimana didalamnya terjadi pertukaran teknologi seperti teknologi alat mesin pra tanam dan pasca panen yang murah, massal dan dapat diakses seluruh petani di Indonesia. Selanjutnya adalah Mendorong peningkatan kapasitas petani Indonesia yaitu dengan memberikan pelatihan kepada petani mengenai teknik pertanian modern, manajemen usaha, dan pemasaran, serta mendorong pembentukan koperasi petani untuk memperkuat posisi tawar petani, memberikan i akses modal pembiayaan usaha bagi para petani dengan bunga rendah.

Kedua, Akses pasar yang lebih luas yaitu dimana produk pertanian Indonesia berpotensi memasuki pasar yang lebih luas di negara – negara BRICS.    Kedepan kita berharap posisi Indonesia lebih strategis dalam skema perdagangan global dan tentnu saja BRICS menawarkan potensi besar bagi Indonesia untuk mencapai pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan berbagai mekanisme yang ditawarkan oleh BRICS, Indonesia dapat memperkuat posisinya dalam tata kelola global dan berkontribusi pada pembangunan dunia yang lebih adil dan sejahtera.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here