Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluarkan letusan freatik Jumat (11/5) pukul 07.40 WIB dengan durasi kegempaan 5 menit.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kasbani, menyampaikan bahwa letusan freatik merupakan erupsi yang didominasi uap air, disebabkan karena adanya kontak air dengan panas di bawah kawah Gunung Merapi.
Ia juga memastikan bahwa letusan adalah letusan freatik yang tidak berbahaya. “Letusan berlangsung tiba-tiba. Jenis letusan ini tidak berbahaya dan dapat terjadi kapan saja pada gunungapi aktif,” ujarnya di Jakarta, Jumat (11/5).
Kasbani menjelaskan, letusan tersebut hanya berlangsung sesaat. “Gunung Merapi sebelumnya juga pernah terjadi letusan freatik sejenis. Letusan freatik berlangsung satu kali dan tidak diikuti erupsi susulan,” ungkapnya.
Kasbani menambahkan, sebelum erupsi freatik ini terjadi, jaringan seismik Gunung Merapi tidak merekam adanya peningkatan kegempaan.
“Namun demikian, sempat teramati peningkatan suku kawah secara singkat pada pukul 06.00 WIB (sekitar 2 jam sebelum erupsi),” imbuhnya.
Pasca erupsi, kegempaan yang terekam tidak mengalami perubahan dan suhu kawah mengalami penurunan. Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan tidak mendekati puncak kawah.
Status Gunung Merapi hingga saat ini masih tetap normal (Level I) dengan radius berbahaya adalah 3 kilometer dari puncak kawah. PVMBG tidak menaikkan status Gunung Merapi dan masih terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik dari Gunung dengan ketinggian 2.968 m dpl tersebut.
Sumber: www.esdm.go.id
Editor: Rahmawati Alfiyah