Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyampaikan bahwa pembangunan biogas komunal merupakan salah satu upaya Pemerintah meningkatkan akses energi kepada masyarakat dan mendorong pemanfaatan energi dari sumber daya yang berbasiskan potensi energi terbarukan setempat.
Pengembangan instalasi biogas komunal merupakan bagian dari pemanfaatan energi terbarukan sebagai upaya mewujudkan sasaran bauran energi nasional.
Pengelolaan biogas dari limbah dapat menciptakan pola sinergitas pengelolaan limbah yaitu pemanfaatan energi yang terjangkau dan energi yang ramah lingkungan, dimulai dari skala kecil.
Jonan meresmikan instalasi biogas skala komunal di Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini di Desa Areng-areng, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, Sabtu (7/4).
Instalasi biogas komunal tersebut mengolah kotoran manusia untuk dijadikan biogas dengan desain kapasitas digester biogas sebesar 24 meter kubik yang mampu menghasilkan gas sebanyak 81 meter kubik per bulan atau setara dengan 12 tabung LPG 3 kg per bulan. Selain untuk memasak, biogas juga dapat digunakan untuk penerangan.
Pembangunan instalasi biogas komunal meliputi 50 unit WC, digester biogas dengan kapasitas 2×12 meter kubik tipe fixed dome beton, instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 180 meter kubik, 2 unit lampu biogas dan 4 unit kompor biogas. Biaya pembangunan instalasi biogas komunal bersumber dari APBN 2017 dan mulai beroperasi sejak bulan Oktober tahun 2017.
“APBN itu diutamakan untuk pembangunan yang berdampak langsung pada masyarakat. Harus bermanfaat langsung bagi masyarakat,” ungkap Jonan.
Manfaat dari program biogas komunal ini antara lain menghemat biaya pengeluaran memasak, mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan impor LPG, serta mengurangi emisi gas rumah kaca.
Untuk tahap awal, pemanfaatan biogas komunal dapat mengurangi pemakaian LPG 3 kg per bulan sebanyak 3 tabung, hingga 12 tabung pada kondisi optimal. Sehingga dapat mengemat pengeluaran bulanan mulai dari Rp. 75.000 hingga Rp. 300.000.
Selain penambahan pembangunan WC, juga dibangun instalasi pengolahan air limbah yang dapat meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah di lingkungan pesantren.
Sebagai informasi, Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini berdiri tahun 1940. Pada mulanya kegiatan pesantren berbentuk pengajian kalongan bertempat di mushola diikuti santri yang mukim maupun masyarakat santri disekitar pesantren. Saat ini, jumlah santri yang menginap di Ponpes ini sekitar 3.000 orang terdiri dari 1.200 santri putra dan 1.800 santri putri.
Sumber: www.esdm.go.id
Editor: Hendri Kurniawan