Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menegaskan bahwa pelaksanaan proyek ketenagalistrikan 35.000 MW masih sesuai target yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Sekira 20.000 MW akan beroperasi pada 2019, selebihnya akan beroperasi pada tahun 2024-2025,” ujarnya saat memberikan keterangan pers di Kementerian ESDM, Selasa (6/3).
Jonan menyadari bahwa ekspektasi publik tinggi terhadap program tersebut. Namun, Ia mengingatkan bahwa membangun pembangkit skala besar tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Proyek strategis nasional tersebut membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk beroperasi dari masa konstruksi.
Sejak dicanangkan pada pertengahan 2015, total yang sudah Commercial Date Operation (COD) atau sudah beroperasi mencapai 1.362 MW.
Di luar itu, sejumlah 17.116 MW sudah dalam tahap konstruksi dan sebagian besar lainnya telah mencapai kontrak serta sebagian kecil atau 13% dalam tahap pengadaan/perencanaan.
“Yang dalam tahap konstruksi tetap berjalan. Tidak ada masalah,” tegasnya.
Jonan optimis pada tahun 2019 total pembangkit listrik sebanyak 20.000 MW sudah beroperasi. Hal itu lantaran program 35.000 MW dibuat dengan asumsi pertumbuhan ekonomi nasional di atas 7 persen.
Padahal realisasi pertumbuhan ekonomi beberapa tahun terakhir dan beberapa tahun ke depan diperkirakan sekitar 5 persen, sehingga peningkatan tambahan kebutuhan listrik hingga tahun 2019 berkisar 20.000 MW. Selebihnya akan beroperasi pada tahun 2024-2025, seiring pertumbuhan kebutuhan listrik hingga tahun tersebut.
“Tambahan kapasitas sebesar itu sudah cukup untuk menjawab peningkatan kebutuhan listrik di tahun 2019,” ungkapnya.
Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir mengungkapkan, secara total kemajuan pembangunan proyek 35.000 MW sudah mencapai 30 hingga 40 persen.
“Kalau ditanya 35.000 MW sudah selesai dalam dua tahun pasti saya berbohong. Tapi, kalau berbicara progres pembangunannya, sudah sesuai rencana yaitu 30 sampai 40 persen,” tuturnya.
Untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) memakan waktu sekitar 5-6 tahun, panas bumi (PLTP) bisa 5-6 tahun, pembangkit listrik di atas 600 MW mencapai 6 tahun, dan di bawah 600 MW dan 300 MW membutuhkan waktu 3 tahun.
“Yang lebih cepat itu (pembangkit) gas bisa 8 bulan sampai 1 tahun,” papar Sofyan.
Salah satu bukti kemajuan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7, PLTU Jawa 9, PLTU Jawa 10 dengan total kapasitas 4.000 MW yang baru diresmikan Persiden Jokowi pada 5 Oktober 2017. Selain itu, masih ada PLTU Jawa I di CIlacap yang penyelesainnya sudah mencapai 37 persen.
Di samping program 35.000 MW, pemerimtah juga tengah menyelesaikan proyek 7.000 MW sebagai kelanjutan Fast Track Program (FTP) I, FTP II dan Regular. Hingga Januari 2018 rotal sebanyak 6.424 MW atau sekitar 82 persen sudah bisa beroperasi, dan hanya 1.407 MW atau 18 persen yang masih tahap konstruksi.
Sumber: www.esdm.go.id
Editor: Hendri Kurniawan