Pemerintah tengah fokus melakukan reformasi sistem pendidikan di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Dengan upaya ini diharapkan dapat mendongkrak produktivitas dan daya saing industri nasional agar mampu kompetitif menghadapi persaingan global.
“Salah satu langkah yang sedang dilakukan pemerintahan Bapak Jokowi adalah membuka kesempatan bagi perguruan tinggi internasional bisa beroperasi di Indonesia terutama di kawasan ekonomi khusus,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menjadi pembicara utama pada Dialog Nasional dengan tema Sinergi untuk Ketenagakerjaan Inklusif di Indonesia, di Jakarta.
Selain itu, Pemerintah juga akan memberikan kemudahan dalam perizinan bagi para tenaga pendidik dari luar negeri yang ingin mengajar di Indonesia.
“Jadi, profesornya kita bawa ke Indonesia, supaya mahasiswa kita bisa mengakses gelar profesor dengan mudah dan semakin banyak. Saat ini, mahasiswa kita banyak yang kuliah di luar negeri, tetapi ke depannya mahasiswa dari luar negeri akan banyak datang untuk belajar di Indonesia,” paparnya.
Airlangga menjelaskan bahwa pengembangan SDM merupakan strategi persiapan guna menangkap peluang bonus demografi yang akan dialami Indonesia pada tahun 2020-2030. Tumbuhnya jumlah angkatan kerja yang produktif ini dapat memacu kinerja ekonomi nasional.
“Sejarah membuktikan, peluang itu muncul pada saat negara mengalami bonus demografi. Contohnya Jepang, pertumbuhan ekonominya mencapai 5 persen ketika bonus demografi, tetapi setelah masa itu lewat, pertumbuhannya rendah menjadi 0,9 persen,” ungkapnya.
China juga sempat meraih pertumbuhan ekonomi tinggi mencapai 9,2 persen pada saat bonus demografi, tetapi menurun menjadi 6,7 persen setelah momentum itu selesai. Hal serupa juga dialami oleh Singapura dan Thailand.
Untuk itu, peluang emas Indonesia dalam membangkitkan perekonomiannya tidak boleh terlewatkan karena masih ada periode hingga tahun 2030.
“Saat ini, Indonesia telah masuk one trillion dollar club,” ujar Airlangga.
Perbaikan ekonomi di Tanah Air, juga terlihat dari empat aspek selama 15 tahun terakhir. Pertama, populasi tenaga kerja meningkat lebih dari 30 juta, yang ditopang dengan naiknya gaji sebesar dua kali lipat. Kedua, pertumbuhan konsumsi meningkat pula delapan kali lipat, di mana saat ini menyumbangkan 55 persen dari PDB.
“Ketiga, aspek investasi kita pun luar biasa peningkatannya, naik 13 kali lipat, yang juga mengalami peningkatan terhadap penyumbangan ke PDB dari 22 persen menjadi 34 persen. Terakhir, kita lihat dari kapitalisasi pasar bursa meningkat 15 kali lipat, kini kapitalisasinya mencapai USD 500 miliar,” tutur Airlangga.
Maka itu, , stabilitas politik dan keamanan menjadi faktor penting dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif. Selanjutnya, peningkatkan level pendidikan turut menjadi jawaban bagi kebutuhan industri nasional dalam memiliki SDM kompeten sesuai perkembangan saat ini menghadapi era Industry 4.0.
“Revolusi industri keempat ini sesuatu yang tidak bisa kita tunda atau tahan, karena di semua negara sedang dibahas termasuk dalam World Economic Forum,” tuturnya.
Dalam upaya mendukung kesiapan memasuki teknologi Industry 4.0, pemerintah telah membangun infrastruktur melalui Palapa Ring untuk menguatkan konektivitas jaringan internet di seluruh wilayah Indonesia. Yang kini sedang dikembangkan industri, antara lain berbasis pada e-Commerce, teknologi finansial (Fintech), Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), digitalisasi, 3D Printing dan robotik.
“Sekarang disebutnya era internet of everything. Artinya, industri tengah melakukan transformasi untuk memanfaatkan teknologi digital dan internet dalam proses produksinya agar terintergrasi,” terangnya.
Sumber: http://kemenperin.go.id/
Editor: Hendri Kurniawan