Home Energi Pentingnya Data dalam Berbisnis EBT

Pentingnya Data dalam Berbisnis EBT

53
0
SHARE

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengingatkan para pelaku energi, terutama di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT), untuk menggunakan pijakan data sebelum berbisnis.

“Para pelaku, mulai saat ini mohon kiranya harus hati-hati. Data ini akan dipakai dimana-dimana, kita harus hati-hati dengan itu,” tandasnya menyambut para pebisnis EBT saat membuka Workshop Peluang Investasi EBT di Hotel Aryaduta, Jakarta Selasa (24/4).

Arcandra menganggap bahwa masyarakat sering salah persepsi dalam memaknai pemberitaan terkait perbedaan potensi (resource) dan dan cadangan (reserve).

Padahal, kata dia, cadangan yang dapat dimanfaatkan berbisnis dalam EBT adalah proven developed reserve. Sementera, terkait potensi masih lebih jauh memerlukan kajian lanjutan.

Ia menyontohkan, panas bumi misalnya, selama ini informasi mengenai data panas bumi di Indonesia yang beredar luas menyentuh total sebesar 29 GW. Namun, faktanya data tersebut hanya kisaran potensi. Kesalahan data justru tidak memberikan pendidikan yang baik kepada masyarakat.

“(Katanya) cadangan geothermal itu sekitar 29 GW, tapi itu bukan. Itu tidak mengedukasi. Reserve dengan resource itu beda,” tegasnya.

Arcandra meminta para pebisnis EBT menggali lebih jauh subsektor ini selain panas bumi maupun sampah. Konversi energi termal lautan atau Ocean Thermal Energy Convertion (OTEC) bisa digali lebih dalam untuk dijadikan lahan bisnis EBT.

“Indonesia adalah salah satu punya potensi OTEC yang besar dan terbaik,” ucapnya.

Ia menyampaikan,  Teknologi juga merupakan urusan yang patut dicermati selain data. Arcandra mengupas bagaimana peran teknologi dalam mengembangkan bisnis EBT yang bergantung pada kearifan lokal (local wisdom).

“Teknologi apa yang terbaik yang bisa diaplikasikan sehingga hasilnya efisien dan efektif. Kajian teknologi itu tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat, ” jelasnya.

Menurutnya, tak salah jika mengomparasikan kondisi Eropa atau Amerika dengan Indonesia yang mempertimbangkan kemajuan teknologi dan kearifan lokal menjadi dasar pembangunan bisnis EBT di kemudian hari.

“Kenapa Eropa dengan wind (angin)? Karena di mana-mana lebih banyak wind dan kecepatan anginnya kuat,” kata Arcandra.

Sementara di Amerika Serikat, seperti National Renewable Energy Laboratory di Colorado, setiap tahun mengeluarkan anggaran jutaan dolar hanya demi mencari jenis energi terbaik yang akan diaplikasikan. Hal ini bertolak belakang dengan pengembangan EBT di Indonesia yang lebih mengedepankan sisi komersial terlebih dahulu.

Apabila data dan teknologi sudah bisa disiapkan dengan matang, maka berbisnis EBT di Indonesia bukan sesuatu hal yang menakutkan lagi bagi investor. Dan bakal terus menarik minat mereka dalam menanamkan modalnya dengan dibarengi kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM).

Langkah ini telah diantisipasi oleh Pemerintah dengan pelatihan SDM melalui sistem Badan Layanan Umum di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia ESDM. “Pemerintah memfasilitasi biar gak ketinggalan,” pungkasnya.

 

Sumber: www.esdm.go.id

Editor: Hendri Kurniawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here