Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tak ragu menyebut bahwa Indonesia tidak cukup mampu dalam beradaptasi di tengah perubahan kondisi perekonomian global. Kondisi ini, membuat Indonesia cukup rentan. Kurangnya pendalaman pasar keuangan, jadi biang kerok kenapa ekonomi domestik rentan terhadap kondisi eksternal.
Pasar finansial di Indonesia memang belum memiliki kedalaman yang berarti. Pasalnya, masyarakatnya belum begitu familiar dengan instrumen-instrumen investasi. Hal ini dapat dibandingkan dengan negara-negara tetangga, salah satunya Philipina yang lebih dahulu maju.
Sebenarnya, Pemerintah sudah terus berusaha untuk memperdalam pasar keuangan lokal, yakni dengan menerbitkan instrumen-instrumen dalam memudahkan masyarakat yang memiliki kelebihan dana untuk menerbitkan obligasi, salah satunya di sektor ritel.
Dengan begitu, misalnya pemerintah mempunyai keinginan untuk melakukan pinjaman dalam melakukan pembangunan, maka pemerintah melakukan pinjaman kepada rakyatnya sendiri. Selanjutnya, pembangunan tersebut juga pada akhirnya dinikmati oleh rakyat itu sendiri.
Dalam kenyataannya, obligasi Indonesia saat ini memang banyak dimiliki oleh asing. Terkait penentuan harga dan bunga obligasi, Menteri Keuangan tidak dapat campur tangan. Pasalnya, yang membentuk harga dan bunga obligasi adalah pasar itu sendiri.
Maka dari itu, jangan mencibir pemerintah yang sedang berusaha keras untuk membuat Indonesia masuk dalam kategori investment grade. Karena kategori tersebut merupakan salah satu indikator kredibilitas keuangan.
Makin tinggi grade-nya, maka bunga yang ditanggung akan semakin kecil. Menurut saya, hal itu masih masuk dalam logika. Pasalnya, dalam membeli obligasi, investor telah menanggung resiko. Resiko tersebut kemudian diterjemahkan dalam bentuk bunga utang.
Mutiara Lusiana Purba
Bonds Trader dan Alumni Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND)