Kita melihat dalam beberapa bulan terakhir banyak kejadian-kejadian yang merendahkan martabat manusia. Penganiayaan, pemerkosaan, pelecehan, dan bahkan pembunuhan terjadi dimana-mana. Kekerasan ini terjadi pada usia anak-anak, remaja dan orang dewasa sekalipun. Kekerasan banyak terjadi di sekolah, kampus, dan di rumah sendiri yang merupakan tempat yang kita anggap surga selama ini.
Pada tahun 2017 KPAI mencatat sebanyak 116 kasus kekerasan seksual pada anak (www.kpai.go.id), Komnas Perempuan membeberkan pada tahun 2017 ada 259 ribu kasus kekerasan pada perempuan di seluruh Indonesia (m.kbr.id), di seluruh dunia (UNICEF) sekitar 15 juta perempuan remaja berusia 15 hingga 19 tahun mengalami pemaksaan hubungan seksual (www.radiopelitakasih.com), total kejahatan yang terjadi selama tahun 2016 di Indonesia sebanyak 43.149 kasus (amp.kompas.com), dan masih banyak tindakan-tindakan tuna susila yang lain. Mengapa hal ini terjadi? Mungkin ini adalah pertanyaan setiap orang yang peka terhadap permasalahan ini.
Ada banyak faktor penyebab dari tindakan tuna susila ini. Salah satu faktor utama adalah kurangnya mendapatkan pendidikan moral dan kasih sayang dari keluarga. Pendidikan utama seorang anak adalah di dalam keluarga. Dimana sebagian anak-anak sampai usia 18 tahun 60-80% masih tinggal bersama keluarga. Keluarga (secara khusus ayah dan ibu) memiliki tanggungjawab besar untuk mendidik dan mengajarkan moral serta nilai-nilai kepada anak-anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari sikap, tindakan, dan karakter seseorang mencerminkan kehidupan di dalam keluarganya. Ketika orangtua mengajarkan hal yang baik dan benar kepada anak, maka anak akan bertumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Keluarga juga bertanggungjawab untuk memantau pergaulan anak di lingkungan sekolah dan masyarakat, karena di sanalah mereka akan melihat dunia yang lebih luas. Anak akan menyesuaikan diri dengan situasi yang mereka hadapi di sekolah dan masyarakat. Saat ini banyak anak yang terhanyut dengan canggihnya teknologi, bahkan masih sekolah di Sekolah Dasarpun sudah diizinkan oleh orangtua untuk menggunakan android lengkap dengan aplikasi-aplikasi yang bisa terhubung dengan internet. Ini akan menyebabkan anak bebas mengakses hal-hal yang belum tepat untuk mereka, situs porno misalnya.
Kasih sayang orangtua terhadap anak tidak hanya ditunjukkan melalui tindakan yang memberikan semua yang diinginkan oleh anak, melainkan orangtua harus mampu memberikan kebutuhannya saja. Selain itu orangtua harus mampu menunjukkan sikap tegas dan bertanggungjawab karena hal itu akan menjadi modal bagi anak membentuk karakternya.
Pendidikan dari keluarga adalah dasar pembentukan kepribadian anak. Diduga para pelaku kekerasan yang terjadi saat ini adalah orang yang kurang memperoleh kasih sayang dan didikan yang benar dari keluarga. Jadi mereka mencoba mendapatkan kasih sayang dari orang lain dengan cara kekerasan. Mereka kurang mengetahui bagaimana cara hidup yang benar dan bertanggungjawab, yang ada di pikiran mereka hanya bagaimana cara agar apa yang mereka inginkan bisa tercapai.
Keluarga yang baik adalah sarana pembentuka pribadi-pribadi yang berkaraker baik. sebaiknya para orangtua lebih tegas dalam mendidik anak-anak mereka, agar kelak tumbuh menjadi anak-anak yang memiliki kepribadian yang baik, mengerti nilai dan norma, dan mampu menghadapi tantangan-tantangan globalisasi yang berkembang pesat. Dengan begitu, kekerasan jenis apapun akan dengan sendirinya akan berkurang di negeri kita tercinta ini. Semoga.
Ekaristi Sidauruk
Bendahara DPK JAMAN Simalungun
Sumber Artikel: www.katankanlah.com