Jamaninfo.com, Jakarta – Program diskusi rakyat Rabu Satu kembali bergulir di Kota Bekasi, Jawa Barat. Kali ini, Rabu Satu mengangkat tema pembahasan yang dibutuhkan masyarakat, yakni “Ketenagakerjaan Menuju Industri 4.0”.
Tak bisa dipungkiri, kemajuan sumber daya manusia (SDM) merupakan bekal penting suatu bangsa dan negara menghadapi era industri maju, yang dikenal dengan istilah Industri 4.0. Tanpa peningkatan kompetensi dan keahlian, perekonomian suatu negara akan berjalan di tempat dan kalah bersaing dengan negara lain yang lebih siap.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, Angkatan kerja di Indonesia jumlahnya mencapai 131 juta orang, dengan 58% di antaranya merupakan lulusan SD dan SMP. Sementara 42% sisanya merupakan lulusan SMA/SMK dan perguruan tinggi.
Artinya, hanya 1 dari 4 angkatan kerja Indonesia yang berpendidikan baik dan memenuhi kebutuhan pasar kerja saat ini. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi dan keahlian SDM menjadi krusial dan mendesak untuk dilakukan.
Sebagai saluran informasi dan forum diskusi masyarakat, Rabu Satu menghadirkan orang-orang baik dan professional muda yang sehari-harinya telah bergulat dengan isu ketenagakerjaan. Mereka adalah Tenaga Ahli Muda Kantor Staf Presiden Aditya Syarif, Tokoh Muda Jawa Barat Imam Malik, Pengusaha Muda Jawa Barat Dadang Tri, Pakar Ekonomi Rabin Hattari, dan bertindak sebagai moderator Panca DZ.
Sedari awal, pemaparan Rabu Satu disambut hangat warga Jawa Barat, terutama warga Bekasi, untuk memenuhi dahaga informasi terkait ketenagakerjaan. Mereka punya perhatian yang besar terkait ketersediaan lapangan pekerjaan, terutama bagi anak-anaknya.
Kartu Pra Kerja Solusi Bekerja
Tenaga Ahli Muda Kantor Staf Presiden Aditya Syarif memulai sesi diskusi dengan penjelasan mengenai pentingnya anak-anak muda diberikan pelatihan dan sertifikasi untuk menghadapi industri 4.0. Pasalnya, perubahan dinamis dunia usaha ikut mendorong perubahan perilaku konsumen.
“Sekarang orang beli makanan pakai aplikasi ojek online. Tanpa harus lagi datang ke restoran. Sekarang gardu tol sudah tidak ada yang jaga. Kita tinggal tap uang elektronik. Di gardu tol isinya orang-orang untuk maintenance sistem gardu tol otomatis bekerja optimal. Ini perubahan yang harus dihadapi,” ujar Aditya.
Oleh karena itu, Calon Presiden Nomor Urut #1 Joko Widodo menyiapkan program Kartu Pra Kerja sebagai solusi menghadapi industri 4.0. Kartu Pra Kerja jangan dimaknai negara akan membiayai hidup pengangguran. Peningkatan skill melalui Kartu Pra Kerja juga bisa menjadi bekal untuk memulai usaha.
Karena, titik fokus Kartu Pra Kerja berada pada peningkatan kompetensi dan keahlian tenaga kerja Indonesia. Jangkauannya pun cukup luas, mulai dari fresh graduate, pekerja muda, pekerja senior, hingga para pekerja yang terkena PHK karena perubahan kebutuhan industri.
Aditya mengungkapkan, Kartu Pra Kerja akan memberikan pelatihan dan sertifikasi gratis bagi peserta yang ingin meningkatkan keahliannya. Selain itu, Kartu Pra Kerja juga memberikan biaya penyangga hidup, selama mengikuti pelatihan. Ujicoba atau piloting Program Kartu Pra Kerja segera berjalan dengan peserta sebanyak 20 ribu tenaga kerja yang sebelumnya terkena PHK.
Pada kesempatan yang sama, Tokoh Muda Jawa Barat Imam Malik menambahkan, industri 4.0 merupakan siklus perubahan dalam kehidupan masyarakat. Ibarat pohon yang awal kehidupannya bermula dari biji, lalu muncul tunas, dan berkembang menjadi pohon yang besar.
“Siklus kehidupan seperti itu dan akan terus berulang. Dulu dunia industri berkembang dari alat-alat tradisional, terus menggunakan mesin, lanjut menggunakan komputer. Kini berbasis internet,” kata Imam Malik.
Agar bangsa Indonesia menjadi negeri para juara, Imam menekankan, harus ada improvement atau perbaikan yang berkelanjutan di bidang pendidikan. Sehingga, para anak didik memiliki bekal pengetahuan dan skill yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Kemudian, perkembangan atau development generasi muda. Pemimpin yang baik harus mempunyai visi-misi untuk mendorong regenerasi, menciptakan generasi muda yang siap bertarung menghadapi perubahan dunia. Sehingga, program yang dijalankan menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
Terakhir, pemberdayaan atau empowerment yang fokus pada satu keahlian atau keunikan. Saat ini, spesialisasi pekerjaan menjadi sangat penting. Karenanya, sistem pendidikan harus bisa mengasah potensi siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.
Sasarannya, generasi muda tidak hanya berkesempatan terserap di dunia kerja, tetapi juga mampu berkembang menjadi wirausahawan. Tentu saja, mereka harus diberikan motivasi, mulai dari orangtua, sekolah, juga pemerintah.
“Jika diasah dengan benar, dia akan terbang dengan keunikan tersebut. Teman saya suka batik, tapi dia juga suka komputer. Dia kembangkan aplikasi untuk mendesain batik pakai komputer. Karena Indonesia butuh lebih banyak wirausahawan untuk menjadi negara maju,” tandas Imam.
Sebagai salah satu pengusaha muda Jawa Barat, Dadang Tri sangat mengapresiasi kebijakan pembangunan periode pertama Joko Widodo. Sebab, pengusaha lokal diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur.
Dadang melihat Jokowi mempunyai visi-misi yang unggul dan berorientasi pada masa depan bangsa. Setelah hak-hak dasar rakyat terpenuhi melalui pembangunan infrastruktur, fokus pembangunan beralih ke peningkatan kualitas SDM.
“Program Jokowi sudah tepat tinggal dilanjutkan ke peningkatan kualitas SDM kita. Karena ini yang dibutuhkan menghadapi industri 4.0,” ujar Dadang.
Sementara, Pakar Ekonomi Rabin Hattari menyampaikan, industri 4.0 jangan dilihat sebagai ancaman. Justru, kita harus menyikapinya sebagai pemicu atau trigger untuk memperbaiki diri dan meningkatkan daya saing.
Rabin mengungkapkan, terdapat 3 aspek dalam meningkatkan daya saing suatu negara. Pertama, menciptakan efisiensi dan efektivitas proses birokrasi. Hal ini sudah berjalan di periode pertama Jokowi melalui program reformasi birokrasi.
Kedua, akselerasi pembangunan infrastruktur yang memadai untuk meningkatkan konektivitas dan efisiensi biaya logistik serta waktu perjalanan. Sekarang, Indonesia telah memiliki banyak pelabuhan, bandara, serta jalan yang membuka akses arus barang dan orang. Ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi ke depan.
Ketiga adalah peningkatan kualitas SDM yang menjadi fokus Jokowi-Amin ke depannya. “Indonesia sudah berada di jalur yang benar di era Jokowi. Karena ketiga hal ini telah menjadi fokus pembangunan Jokowi-Amin,” jelas Rabin.(Rilis)