Kendati mengalami cedera, Emilia Nova, atlet putri lari gawang 100 meter tetap membuktikan diri sebagai salah satu sprinter perempuan tercepat di Asia. “Alhamdulillah saya bisa meraih medali perak, saya terus optimis, mendapat dukungan yang banyak dari penonton. Dan itu sejarah atlet lari 100 meter gawang mendapat medali perak,” ujar Emilia, 23, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta itu dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema “Atlet Kita, Prestasi Bangsa” di Auditorium Wisma Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Jakarta, Senin (3/9).
Emilia mengungkapkan bahwa seminggu sebelum ajang Asian Games ia mengalami cedera. “Saat itu memang saya juga sedang sakit di kaki sempat di-treatment, tapi butuh pemanasan saja agar tidak terasa sakit. Mungkin sakitnya saat bertanding tidak dirasakan karena sudah panas,” ungkapnya.
Emilia juga mengakui bahwa persaingan di nomor lari gawang 100 meter Asian Games memang amat berat. Pasalnya, kelas itu dikuasai sprinter dari China, Korea Selatan dan Jepang. “Mungkin untuk kelas SEA Games bisa mendapat medali, tapi di kelas Asia sangat susah, tapi sekarang kita mendapat 3 medali yaitu 2 perak dan 1 perunggu,” tukasnya.
Sebagaimana diketauhui, di babak final nomor lari gawang 100 meter putri di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu (26/8), Emilia Nova finis di posisi kedua dengan waktu 13,33 detik. Pelari gawang berusia 23 tahun itu terpaut 0,13 detik dari pelari gawang Korea Selatan Jung Hyelim, yang meraih emas dengan waktu 13,20 detik.
Tak hanya dapat medali, Emilia juga mencatatkan rekor pribadi. Catatan waktunya kali ini lebih baik daripada rekor miliknya yang ia torehkan di PON 2016 yakni 13,35 detik.
Selain sebagai atlet, Emilia menuturkan dirinya juga masih kuliah di Semester II UNJ jurusan atlet prestasi. Berbagai penghargaan dan hadiah selama menjalani atletik tidak lupa ia sisihkan untuk membeli rumah untuk keluarga dan sebagian properti dijadikan rumah kos.
“Saya mulai berlatih atletik sejak umur 15 tahun, sebelum dibina pemerintah awalnya saya dibina Pak Bob Hasan. Ketika itu modal latihan, makan, transport dan penginapan ditanggup oleh Pak Bob Hasan,” urai Emilia menceritakan awal mula dirinya berkecimpung di atletik.
Emilia pun pernah meraskan tidak mengikuti Hari Raya Lebaran bersama keluarga karena tengah bertanding di ajang Korea Open. “Kemarin saya turun di dua nomor. Karena saya baru pertama kali turun di gawang saya gagal. Karena saat itu jadwal tandingnya sangat rapat, tapi Alhamdulillah sekarang di Asian games saya bisa balas kegagalan saat Sea Games kemarin,” jelasnya.
Turut hadir sebagai narasumber dalam FMB 9 kali ini adalah Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Pelatih Panjat Tebing Hendra Basir, Atlet Panjat Tebing Aspar Jaelolo, Puji Lestasi, dan Aries Susanti Rahayu.
Sumber: https://jpp.go.id
Editor: Eva Ulpiati