Dalam rangka mewujudkan swasembada daging guna memenuhi kebutuhan daging sapi secara nasional, Balai Embrio Ternak (BET) UPT Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, bekerja keras mengembangkan sapi Belgian Blue.
Sapi Belgian Blue merupakan sapi jenis unggul asal Negara Belgia, yang dikembangbiakkan di Indonesia 2016 lalu, yang digadang-gadang menjadi masa depan swasembada sapi Indonesia.
BET Cipelang yang terletak di lereng Gunung Salak desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mendapat tugas menghasilkan kelahiran 1.000 pedet raksasa Belgian Blue pada 2019, baik melalui Inseminasi buatan maupun transfer embrio.
“Saat ini pengembangan sapi Belgian Blue masih bersifat tertutup di 11 UPT lingkup Kementerian Pertanian, dengan beberapa kajian yang dilakukan oleh peneliti dan tim pakar pendukung. Program ini dilaksanakan melalui kerja sama antara Ditjen PKH, Badan Litbang Pertanian, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Perguruan Tinggi,” jelas Kepala seksi Pelayanan Teknis Pemeliharaan Ternak BET Cipelang, Yanyan Setiawan, di Jakarta, Minggu (20/1).
Prognosa produksi daging sapi di dalam negeri tahun 2018 sebesar 403.668 ton. Namun, perkiraan kebutuhan daging sapi di dalam negeri 2018 sebesar 663.290 ton.
Angka tersebut meperlihatkan bahwa produksi daging sapi Indonesia masih rendah. Berdasar hal itu, kebutuhan daging sapi baru terpenuhi 60,9% dari daging sapi di dalam negeri.
“Guna memenuhi kebutuhan daging dalam negeri dan tercapainya swasembada protein hewani nasional, dibutuhkan percepatan peningkatan populasi sapi dan kerbau. Oleh karena itu pengorganisasian peternak dinilai diperlukan agar lebih efisien,” kata Yanyan.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), penyediaan sapi potong dan daging sapi dalam negeri selama ini 98% berbasis peternakan rakyat. Jumlah peternak tersebut pada data 2013 sebesar 4.204.213 Rumah Tangga Peternak (RTP).
Pengembangan sapi Belgian Blue yang merupakan instruksi dari Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah transfer embrio, dengan komposisi darah 100% Belgian Blue.
Metode ini menghasilkan jenis Belgian Blue murni. Sedangkan sapi hasil persilangan dengan sapi eksotik/lokal dengan semen beku memiliki komposisi darah 50% Belgian Blue atau disebut dengan sapi persilangan.
Hal Ini untuk menghasilkan sapi Belgian Blue dengan komposisi darah 75%, lalu dilakukan kawin suntik lagi dengan semen beku Belgian Blue untuk menghasilkan pedet komposisi darah Belgian Blue 87,5%, demikian seterusnya.
Pada 10 September 2018 lalu, telah lahir Bimasakti, pedet kelima hasil transfer embrio. Anak sapi jenis kelamin jantan itu lahir dengan berat 55 kg. Sejauh ini, Belgian Blue memang bukan sapi biasa. Pertambahan bobot badannya tinggi sekali, per hari bisa mencapai 1 – 1,5 kg.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala seksi Pelayanan Teknis Produksi dan Aplikasi, BET Cipelang, Ilyas, mengungkapkan sapi-sapi keturunan Belgian Blue yang telah mencapai dewasa mulai dicoba memproduksi semen dan embrionya.
Untuk pengembangannya ke seluruh Indonesia, bibit Belgian Blue ini akan disebar ke masyarakat peternak setelah mendapat rekomendasi dari komisi bibit.
“Sapi jantan hasil transfer embrio akan digunakan sebagai pejantan untuk diambil semennya, sedangkan sapi betina akan digunakan sebagai sapi donor (pemberi embrio) untuk diproduksi embrionya,” ungkapnya.
Sapi Belgian Blue adalah rumpun sapi potong kelompok Bos taurus yang berasal dari negara Belgia. Keunggulan sapi Belgian Blue diantaranya mempunyai konformasi perototan yang baik dan persentase karkas yang tinggi sekitar 20% lebih tinggi dari persentase karkas sapi pada umumnya.
Kandungan lemak pada sapi Belgian Blue yang relatif lebih rendah dan memiliki efisiensi penggunaan pakan yang baik.Menurutnya, potensi produksi karkas yang tinggi dan performance yang baik merupakan harapan bagi pemenuhan kebutuhan protein bagi masyarakat Indonesia.
Dalam sejarahnya, sapi Belgian Blue merupakan perkawinan antara sapi Shorthorn atau Durham dengan sapi lokal Belgia. Sapi hasil persilangan ini memiliki warna kulit kebiruan sehingga disebut dengan Belgian Blue.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari terjadinya mutasi ini adalah, perototan yang luar biasa, sehingga jumlah karkas juga meningkat dan kandungan lemak rendah.
Dengan dikembangkannya sapi Belgian blue ini, diharapkan dapat membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia. Keberadaan Belgian Blue digunakan untuk disilangkan dengan sapi lokal untuk meningkatkan perototan sapi lokal.
Sejauh ini, percobaan persilangan sapi Belgian Blue dengan sapi Aceh, Madura, dan sapi Bali juga dilakukan dengan cara melakukan produksi embrio dari sapi-sapi tersebut dengan menggunakan semen Belgian Blue.
Hasilnya, produksi embrio dengan donor sapi Bali dan semen Belgian Blue belum menunjukkan keberhasilan, sedangkan donor sapi Aceh lebih responsif ketika dilakukan produksi embrio.
Saat ini sapi keturunan Belgian Blue yang telah mencapai dewasa mulai dicoba untuk produksi semen dan produksi embrionya. Untuk pengembangannya ke seluruh Indonesia, bibit Belgian Blue ini akan disebar ke masyarakat peternak setelah mendapat rekomendasi dari komisi bibit.
“Sapi jantan hasil transfer embrio akan digunakan sebagai pejantan untuk diambil semennya, sedangkan sapi betina akan digunakan sebagai sapi donor (pemberi embrio) untuk diproduksi embrionya,” kata Ilyas.
Uji coba produksi embrio dengan semen beku Belgian Blue dilakukan pada sapi donor Simmental, Limosin, Angus, Madura, Bali, PO dan Aceh. Embrio dihasilkan sesuai dengan SNI embrio, dan mengacu pada standar IETS (International Embryo Transfer Society).
Sementara untuk embrio dengan komposisi darah 75% ini akan dicoba transfer pada sapi resipien (penerima embrio) untuk memastikan kelahiran anaknya.
BET Cipelang, saat ini sudah bisa memproduksi sperma sapi jenis Belgian Blue dan siap disebar ke masyarakat dalam waktu dekat. Pencapaian ini diklaim sebagai keberhasilan sekaligus menunjukkan pengembangan sapi Belgian Blue di Indonesia memberi hasil positif.
Saat ini pejantan Belgian Blue yang diberi nama Gatot Kaca dan lima ekor sapi pejantan, ada di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari untuk disiapkan menjadi sapi Bulls atau pejantan penghasil semen beku.
Hal Ini adalah metode pengembangbiakan sapi Belgian Blue di tingkat masyarakat. Yakni mengawinkan pejantan Belgian Blue dengan sapi lokal Indonesia.
Jika Komisi Bibit maupun Dirjen Pembibitan merekomendasikan sperma Belgian Blue sudah boleh diedarkan, maka tahun 2019 sudah bisa diproduksi. Sekadar informasi, berdasarkan peta jalan pengembangan sapi Belgian Blue di Indonesia, ditargetkan di 2021 akhir sudah siap produksi semen beku dan di 2022 sudah disebar ke masyarakat.
Untuk bisa disebar, perlu menunggu rekomendasi dari Komisi Bibit dan Dirjen Peternakan sebagai otoritas yang berwenang memberikan izin. Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian.
Sementara itu, Direktur Perbibitan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Sugiono, mengatakan sebelum disebar ke masyarakat perlu dilakukan kajian lagi untuk mendapatkan data yang akurat terkait tumbuh kembang Belgian Blue.
Saat ini pengembangan sapi Belgian Blue sudah dikaji di tingkat UPT lingkup Kementerian Pertanian. “Dan hasilnya bagus, kita akan kaji lagi di tingkat peternak yang sudah bagus manajemenya, setelah itu baru ke masyarakat,” imbuh Sugiono.
Menurut Sugiono, sperma Belgian Blue baru bisa disebar di tahun 2021 setelah melalui tahapan kajian yang berjenjang dari lingkup UPT, dan uji coba di peternakan dengan manajemen pengelolaan yang bagus, dan baru ke masyarakat.
Hal-hal yang akan dikaji sebelum disebar yakni terlihat pertambahan bobot badan, pertumbuhannya, aspek kesehatan, dan aspek lingkungan. “Kajiannya perlu dua tahu, dicoba dulu di kelompok tertentu punya manajemen bagus baru dilepas ke peternak,” kata dia.
Ia juga berharap Sapi Belgian Blue terus dikembangkan sebagai salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi daging sapi dalam negeri yang kebutuhannya cukup tinggi.
“Sapi Belgian Blue yang memiliki bobot lebih besar dibanding sapi pada umumnya diharapkan dapat meningkatkan produksi daging sapi dalam negeri,” pungkas Sugiono.
Sumber: https://jpp.go.id
Editor: Puput KJ