Pemerintah terus mendorong upaya untuk mengembangankan industri berbasis kuningan dalam negeri. Hal itu bertujuan agar industri kuningan dalam negeri mampu berdaya saing dalam kompetisi global.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Harjanto menyampaikan bahwa Kementerian Perindustrian saat ini tengah mendorong produksi industri kuningan untuk memanfaatkan daur ulang bahan baku kuningan maupun tembaga dari sisa peralatan rumah tangga atau proyek yang sudah tidak dapat dipakai kembali.
“Upaya ini menjadi wujud juga untuk pelestarian lingkungan. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang saat ini modern, kualitas tetap terjaga dengan bahan baku daur ulang ini,” katanya saat acara Pelantikan Pengurus Gabungan Industri Peleburan Kuningan Indonesia (GIPELKI) di Jakarta, Senin (26/3).
Harjanto menjelaskan, industri kuningan dalam negeri saat ini mampu menghasilkan produk casting (peleburan) dan ekstrusi, di antaranya berupa valve, meteran air, serta produk kawat dan turunannya.
“Dengan industri kuningan dalam negeri yang masih menggunakan bahan baku berasal dari skrap, hal ini memiliki keunggulan dari sisi efisiensi energi dan juga pengendalian lingkungan yang lebih sederhana dibandingkan industri logam dasar yang berasal dari alam,” terangnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, salah satu target pengembangan industri kuningan adalah produk kuningan dalam bentuk sheet atau plat.
Untuk itu, lanjutnya, Kemenperin terus memacu produk-produk yang lebih bernilai tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar ekspor.
“Masih ada porsi skrap kuningan yang masih dapat diekspor. Dengan keberadaan GIPELKI, kami harapkan dapat memfasilitasi identifikasi kebutuhan bahan baku skrap kuningan,” tutur Harjanto.
Pengembangan industri kuningan ini akan turut mendorong kinerja industri logam nasional. Pada tahun 2017, industri logam mencatat pertumbuhan sebesar 5,87 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,07 persen. Saat ini, pertumbuhan industri logam dasar masih ditopang dari sektor besi baja, aluminum, nikel, tembaga, dan timah.
Sementara itu, Ketua Umum GIPLEKI Eric Wijaya yang juga Komisaris PT Prima Copper Industri menyampaikan, kebutuhan skrap kuningan untuk industri peleburan kuningan di Indonesia diperkirakan sebanyak 25.000 ton per tahun atau senilai Rp 2,5 triliun.
“Dari skrap tersebut, perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam GIPELKI telah memproduksi segala jenis produk kuningan dan behasil menjualnya untuk industri dengan merek dunia,” ujarnya.
Bahkan, dari produk yang sudah diekspor, telah digunakan untuk industri sanitari kran air, kepala tabung gas elpiji, serta untuk komponen industri elektronika dan industri tekstil seperti kuningan untuk resleting.
“Sampai saat ini sudah ada yang mensuplai kuningan silikon untuk membantu pengrajin kuningan memproduksi barang kualitas tinggi,” imbuh Eric.
Di luar para pengrajin yang memproduksi produk-produk kuningan secara tradisional, di Indonesia saat ini terdapat 12 perusahaan yang melakukan kegiatan produksi peleburan kuningan dengan skala besar.
Sumber: http://kemenperin.go.id
Editor: Hendri Kurniawan