Bank Indonesia menjelaskan setidaknya terdapat empat hal yang menyebabkan terjadinya situasi ketidakpastian ekonomi dunia saat ini, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang berat sebelah, yakni menguatnya Amerika Serikat (AS).
“Ekonomi dunia pertumbuhannya berat sebelah. Ibarat pesawat, hanya satu mesin yang menggerakan, karena ekonomi Amerika yang kuat, negara lain melemah, sehingga investor ragu dengan ketahanan ekonomi dunia,” jelas Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdi dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema “Bersatu untuk Rupiah” di Ruang Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (10/9).
Kedua, lanjut Doddy, dengan situasi ekonomi AS yang maju, Bank Central melihat takut overheating ekonomi, dan jelas Bank Central di manapun sudah mulai mengerem dan terus berlanjut secara konsisten dengan menaikan suku bunganya.
“Justru suku bunga Jepang, Eropa, itu masih lemah. Jika mata uang AS menguat dan tidak punya pesaing lagi, ya dolar terus perkasa. Ini juga faktor ketidakpastian. Ketiga adalah trade war. Terakhir adalah memang beberapa negara berkembang sedang mengalami masalah yang banyak bersumber manajemen ekonominya kurang pas,” terang Doddy.
Guna menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi dunia ini, Bank Indonesia telah menerapkan tiga bauran kebijakan, antara lain kebijakan moneter, kebijakan mitigasi, dan kebijakan menaikkan suku bunga, di mana ketiganya dimaksudkan untuk menstabilitaskan situasi ekonomi dalam negeri.
“Situasi yang kita hadapi memang situasi yang belum pasti. Kita harus selalu waspada. Yang perlu dilihat bahwa otoritas terkait, baik pemerintah, BI, dan OJK tidak tidur, terus berkoordinasi sehingga langkah-langkah stabilisasi terus berjalan,” ujarnya.
“Yang kita sarankan adalah masyarakat tetap tenang, kita ikut konversikan uang kita ke valas, menggunakan produk dalam negeri, lalu untuk liburan keluar negeri kurangi dahulu. Intinya, tolong berbagai pihak masyarakat membantu mencoba mengurangi dominasi dolar,” tambah Doddy.
Sumber: https://jpp.go.id
Editor: Eva Ulpiati