Home Ekonomi Fundamental Ekonomi Kuat, Depresiasi Rupiah tidak Menakutkan

Fundamental Ekonomi Kuat, Depresiasi Rupiah tidak Menakutkan

175
0
SHARE
Foto: Rahmawati Alfiyah/JamanInfo.com

Departemen Internasional Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan bahwa sejumlah indikator ekonomi menunjukkan bahwa penurunan rupiah yang kini terjadi bukanlah hal yang perlu ditakutkan. Lantaran itu pulalah, masyarakat diingatkan untuk tidak berpikir negatif, demi menghindari akibat negatif yang tidak diinginkan.

“Kita memang harus siap menghadapi penurunan rupiah ini, mau tidak mau. Tapi ini bukan merupakan hal yang baru. Tidak perlu ditakutkan.  Kalau waspada iya. Hanya, ketakutan yang berlebihan itu tidak bagus. Saya banyak melakukan riset, bahwa kalau kita berpikiran negatif itu bisa mengakibatkan hal negatif. Contohnya, terjadinya krisis perbankan, walau sebenarnya banknya sehat. Cuma kalau nasabah berbondong-bondong tidak percaya, bisa bangkrutlah itu bank. Itulah sebabnya. jangan memberi informasi yang bisa membuat kita semua panik,” katanya dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema “Bersatu untuk Rupiah” di Ruang Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (10/9).

Iskandar mengajak publik melihat melihat kembali krisis pada 1997-1998 sampai periode saat ini. “Secara historis, ini bukan pertama neraca transaksi berjalan kita mengalami defisit. Pada 2013, curent account mengalami defisit minus 4,24% di triliwulan keduanya. Hal Itu mengakibatkan neraca primer kita mengalami deficit besar,” tegasnya.

Menurut Iskandar, masalah terjadinya defisit pada neraca transaksi berjalan bukan hal baru dan tidak perlu menciptakan ketakutan yang luar biasa besar. Dibanding tahun 2013 yang angka defisitnya mencapai minus 4,24%, defisit neraca berjalan tahun ini yang mencapai minus 3,04% bukanlah merupakan sebuah krisis. “Karena ada arus modal masuk atau capital inflow, kondisi itu menjadi tidak masalah,” tuturnya.

Iskandar menegaskan, saat ini yang harus diwaspadai adalah iklim global yang penuh ketidak kepastian. Situasi ini dikhawatirkan bisa memicu capital outflow terjadi.

“Fenomena ketidakpastian ini memang fenomena global. Di Argentina yang kondisi ketidakpastian global telah memicu terjadinya krisis menjadi lebih berat. Dari awal Januari sampai Jumat, mata uang Argentina terdepresiasi 49,62%.kalau turki 40,7% depresiasinya. Coba bandingkan dengan kita, depresiasi hanya mines 8,5%,” paparnya.

Iskandar menambahkan, kehawatian berlebihan tidak diperlukan karena  funfamental ekonomi di dalam negeri masih sangat kuat.  Hal ini diperlihatjan dengan tingkat inflasi yang masih rendah yakni 3,2%.

Selain mewaspadai inflasi, pemerintah juga akan memperhatikan kondisi neraca perdagangan. Hal ini terkait sejumlah kebijakan pemerintah AS yang mencerak lebih dari 8 miliar dolar pada 2008.Yang mana, itu diikuti krbijakan penaikan tariff yang berdampak pada menurunnya perdagangan dunia.

“Akibat volume perdagangan dunia menurun ekspor kita melambat. Apalagi CPO,” imbuhnya.

Iskandar menerangkan, untuk mendorong kepercayaan masyarakat pada rupiah, pemerintah menerbitkan kebijakan kenaikan tarif pph impor. Pemerintah juga akan terus mendorong penggunanan komponen lokal untuk proyek-proyek infrastruktur untuk mengurangi beban impor.

“Sejumlah kebijakan untuk mendorong ekspor juga telah diterbitkan, antara lain dengan sistem OSS dan pos border,” terangnya.

Selain itu, pemerintah juga mendorong penguatan pariwisata. Pada 18 Agustus lalu, sambung Iskandar, pemerintah sudah memutuskan memberikan KUR pariwisata kepada UMKM tarifnya 7%. “Saya yakin dengan bersama-sama dengan masyarakat, dengan pemberitaan yang seimbang, saya yakin masyarakat percaya ekonomi solid sehingga nilai tukar kita menjadi seimbang,” pungkasnya.

 

Reporter: Rahmawati Alfiyah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here