Meskipun Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, perkembangan ekonomi dan keuangan syariahnya masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain yang penduduknya sebagian besar non-muslim seperti Thailand dan Australia.
“Saya pribadi merasa prihatin terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan halal di Indonesia, tertinggal jauh dari begitu majunya perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di negara-negara lain,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam diskusi bertajuk “Indonesia: Pusat Ekonomi Islam Dunia” di Jakarta, Rabu (25/7).
Perry menuturkan, Thailand telah mampu mengekspor 25 persen kebutuhan bumbu halal global, Australia menjadi penghasil daging halal terbesar, serta Jepang juga sudah memiliki restoran halal.
Ia mengatakan bahwa pengembangan ekonomi dan keuangan halal di Indonesia harus mampu mengatasi tingginya impor berbagai produk barang dan jasa halal.
“Terdapat beberapa kunci sukses yang dapat ditempuh untuk mengembangkan ekonomi halal sebagaimana telah dilakukan oleh negara-negara lain, seperti dukungan penuh pemerintah dan keberadaan badan khusus yang mengkoordinasikan pengembangan industri syariah,” tuturnya.
Menurut Perry, Indonesia harus fokus pada keunggulan komparatif dari produk halal Tanah Air. Ia menerangkan, keunggulan komparatif produk halal Indonesia ada di makanan, busana, pariwisata, dan farmasi.
“Strategi nasionalnya program-program dari seluruh kementerian lembaga tersinergi menjadi usaha bersama,” kata ujarnya.
Menurut data “State of the Global Islamic Economy 2017-2018” pangsa pasar muslim terhadap pasar global dari sisi pengeluaran mencapai 11,9 persen pada 2016, dan diproyeksikan akan meningkat dari sebesar 2.006 miliar dolar AS pada 2016 menjadi 3.081 miliar dolar AS pada 2022.
“Jika melihat dari data Comtrade pada 2017, peran ekspor produk halal Indonesia mencapai 21 persen dari total ekspor secara keseluruhan,” tandas Perry.
Sumber: https://jpp.go.id
Editor: Eko “Gajah”