Indonesia memiliki peluang besar menjadi kunci dalam upaya pengimpelementasian Industri 4.0 di Kawasan Asia. Indonesia memiliki pasar dan talenta yang menjadi faktor utama dalam perkembangan era digital saat ini.
“Saat ini pengguna internet di Indonesia, jumlahnya mencapai 143 juta orang. Ini merupakan sebuah potensi pasar yang besar. Kemudian, talent itu kita miliki dari seluruh universitas yang ada, di mana di Indonesia jumlahnya terbanyak di ASEAN,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Diklatda HIPMI JAYA di Jakarta, beberapa waktu yang lalu.
Indonesia lebih percaya diri dalam memasuki era Industri 4.0 lantaran telah memiliki kedua modal tersebut. Terlebih lagi, generasi milenial akan memiliki peranan penting lantaran mereka merupakan pengguna dominan dari teknologi yang menjadi ciri khas revolusi industri keempat, yaitu internet.
“Kita melihat komposisi pengguna internet yang usianya 19-34 tahun, merupakan yang terbanyak dengan mencapai 49,5 persen. Mereka berinteraksi atau melek teknologi melalui smartphone,” ungkap Airlangga.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian tengah gencar mendorong peningkatan kompetensi sumber daya manusia Indonesia agar menguasai teknologi digital. “Salah satu langkahnya adalah melalui program vokasi SMK dan industri serta untuk memacu politeknik melalui program skill for competitiveness,” jelas Airlangga.
Dalam pelaksanaan Industri 4.0, Ia memastikan, manusia tidak akan tergantikan oleh robot. “Karena sejak revolusi industri ketiga sudah otomatisasi. Sedangkan pada Industri 4.0, industri yang sudah terotomatisasi tersebut terhubung dengan internet of things, sehingga pengontrolan data lebih efisien, efisiensi mesin lebih baik, dan efisiensi ini bisa dipacu hingga 99 persen,” papar Airlangga.
Oleh karena itu, Airlangga berharap para pengusaha muda dapat mengambil kesempatan di era digital saat ini. “Peluang masih terbuka luas, karena industri membutuhkan peluang yang namanya economies of scale. Seperti industri rumahan saat ini, sudah bisa menjangkau pasar, tidak harus mampu sewa tempat di mall terlebih dulu,” imbuhnya.
Maka itu, para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) agar dapat memanfaatkan beberapa fasilitas taman teknologi yang dibangun oleh Kemenperin. Misalnya di Bandung Techno Park, mereka bakal memperoleh program pembinaan dan pelatihan guna pengembangan inovasi dan daya saing produknya.
“Mereka bisa memakai gedung tersebut sampai mempunyai revenue. Setelah mempunyai revenue, mereka bisa sewa di tempat yang lain,” tandas Airlangga.
Selain itu, Kemenperin juga memiliki Bali Creative Industry Center (BCIC), di mana produk-produk yang dihasilkan mereka telah dipasarkan.
“Melalui techno park itu Kemenperin ingin terus mendorong inovasi, termasuk didukung adanya Apple center di Bumi Serpong Damai, dan janjinya akan dibangun lagi di daerah lain,” tutur Airlangga.
Menurut Airlangga, Apple mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara ketiga sesudah Brasil dan Italia atau menjadi negara pertama di Asia, sebagai lokasi mereka membangun pusat inovasi.
“Diharapkan, dengan ditopang oleh fasilitas tersebut, Indonesia bisa meng-create the new silicon valley. Ini merupakan potensi kita yang ada di tangan seluruh para pengusaha kita, terutama generasi muda, termasuk HIPMI yang akan menjadi tulang punggung the new economy Indonesia,” lanjutnya.
Sebagaimana diketahui , pemerintah Indonesia telah menyiapkan lima sektor industri yang akan menjadi percontohan dalam implementasi Industri 4.0.
Hal Ini sesuai yang akan dijalankan pada roadmap Making Indonesia 4.0 Kelima sektor tersebut, yaitu industri otomotif, makanan dan minuman, tekstil, elektronik, serta kimia.
“Jadi ada unggulannya atau champion, sehingga industri lain bisa melihat dan mencontoh,” terang Airlangga.
Misalnya di industri otomotif, sebagian pabrik sudah melakukan otomatisasi. Langkah selanjutnya, yang terpenting adalah melihat prospek pasar saat ini, terutama untuk ekspor.
“Memperluas pasar ekspor itu tergantung dari jenis kendaran. Kendaraan di seluruh dunia, permintaan besarnya adalah jenis sedan. Sedangkan di Indonesia lebih mengembangkan yang tujuh bangku, sehingga perlu ada penyesuaian,” pungkas Airlangga.
Sumber: http://kemenperin.go.id
Editor: Hendri Kurniawan